Berikan sebuah balasan
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.(QS. 14:7)
Manusia menghidupi dirinya dari rezeki pemberian Allah SWT semata. Allah berkuasa penuh untuk menganugerahkan rezeki kepada siapa yang dikehendakinya. Maka sangat mengherankan jika manusia sibuk mempermasalahkan anugerah Allah SWT terhadap sesamanya. Sibuk membuat studi kelayakan atas rezeki yang diterima orang lain; bahwa si fulan itu tidak pantas menerima rezeki tersebut karena pekerjaannya tidak sebanding dengan nominal yang diterimanya. Padahal Allah SWT bahkan memberi rezeki berlimpah kepada orang-orang kafir yang jelas-jelas mengingkari kekuasaan-Nya sekalipun. Bahkan Allah SWT tetap memberi rezeki kehidupan kepada orang-orang yang tak berdaya untuk berusaha sekalipun.
Jika merujuk kepada studi kelayakan pastilah orang-orang kafir tidak layak menerima semua nikmat pemberian Allah SWT atas semua pengingkarannya terhadap keyakinan Tauhid. Itulah Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Lalu atas dasar apa kita berhak menghakimi rezeki orang lain?
Keyakinan bahwa rezeki itu karena pemberian Allah SWT semata, telah terkikis dari hati manusia meski sejarah telah menorehkan begitu banyak kisah-kisah percontohan yang nyata. Bagaimana Qorun telah Allah tenggelamkan bersama perbendaharaan hartanya yang telah ia proklamirkan sebagai hasil dari usahanya semata.
Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (QS. [28] : 78)
Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (QS. [28] : 81)
Sejarah juga telah mencatat bagaimana Allah SWT telah menenggelamkan Fira’un beserta bala tentaranya yang telah menjadikan dirinya berhala bagi semua pengikutnya atas semua kekuasaan dan kekayaan yang dihimpunnya.
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.
Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. 10:90-91)
Di zaman Rasulullah Saw telah tercatat juga sejarah bagaimana Allah SWT sampai menurunkan ayat tentang orang-orang munafik setelah Tsa’labah terpedaya oleh harta-hartanya.
Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: `Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.` (QS. 9:75)
Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). (QS. 9:76)
Begitulah sebagian kisah-kisah keangkuhan manusia karena harta dan tahta. Bagaimana Allah SWT telah memperlihatkan kepada kita, bahwa semua itu sebenarnya adalah anugerah Rahmat dan Kasih sayang-Nya semata. Bahwa manusia tak punya kuasa apa-apa terhadap itu semua.
Apakah kita akan menunggu azab Allah SWT dulu untuk menyadari bahwa sesungguhnya anugerah rezeki akan harta kekayaan dan tahta yang Allah berikan kepada sesorang bukan berarti bahwa Allah ridha terhadapnya. Bahwasanya Allah SWT memang berkehendak memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendakinya.
Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (ni’mat Allah)”. (QS.[28] : 82).
Sebagai muslim semestinyalah kita bersyukur atas apapun yang Allah SWT telah anugerahkan kepada kita. Sebab Allah SWT punya hak penuh terhadap kita; makhluk ciptaannya yang telah begitu banyak menerima nikmat pemberian-Nya yang nyaris tak pernah kita sadari.
Sebagai muslim selayaknyalah kita tak menaruh iri dan dengki terhadap siapapun sebagaimana orang-orang terdahulu menganggap betapa beruntungnya Qorun dengan semua perbendaharaan harta yang dimilikinya. Bersikaplah selayaknya muslim, penuh dengan kesyukuran atas anugerah kehidupan yang telah Allah SWT limpahkan kepada kita. Bukankah anugerah Iman sebagai seorang muslim adalah nikmat kehidupan yang tak ternilai harganya?
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
“Alangkah menakjubkannya kehidupan seorang mukmin. Sungguh seluruh kehidupannya baik. Hal itu tidak dimiliki melainkan oleh mukmin. Jika dikaruniai kebaikan; maka ia bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika ditimpa keburukan; maka ia bersabar, dan itu baik untuknya”. (HR. Muslim dari Shuhaib radhiyallahu’anhu)