Hidup Mandiri

Pemuda Deunong Love Valentine's Day Pumping Heart

Minggu, 21 Mei 2017

MAKALAH METODE PEMBELAJARAN QUR'ANI

A.PENDAHULUAN
Metode pembelajaran Qur’ani penting ditanamkan dalam diri peserta didik. Di sini anak akan diajarkan untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dalam menentukan metode persoalan bagaimana menanamkan rasa iman, rasa cinta kepada Allah, rasa nikmatnya beribadah (salat, puasa,dan lain-lain), rasa hormat kepada orang tua, rasa ingin senantiasa berada pada jalan yang benar dan sebagainya\ agaknya sulit ditempuh dengan cara pendekatan empiris atau logis. Di sini mencoba mencari alternatif yang mungkin lebih baik, yaitu mencobakan metode-metode yang menyentuh perasaan. Di sini mendidik bukan melewati akal, melainkan langsung masuk kedalam perasaan anak didik. Sehingga makalah ini akan mencoba mengulas bagaimana metode pengajaran Qur’ani pada anak.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pembahasan makalah difokuskan pada masalah-masalah berikut: Apakah tujuan dari pembelajaran Qur’ani?, yang dimaksud dalam materi yang diterngkan dalam makalah ini dengan pembelajran dalam kelas yang diilhami dengan Al-Quran. Sehinnga dalam prosesnya pembelajarannya senantiasa berbau agama. Permasalahan yang kedua adalah, apakah landasan pembelajaran Qur’ani? Permasalahan yang ketiga adalah, bagaimana langkah-langkah pembelajaran Qur’ani?
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan disusunya makalah ini adalah: Mengetahui tujuan dari pembelajaran Qur’ani, atas penggunaannya dalam dunia pendidikan yang bersifat umum. Hal ini perlu dibahas karena penggunaan metode ini sangat terbatas dalam sekolah yang bersifat keagamaan. Pada dasarnya hal ini bias ditanamkan dalam berbagai macam lembaga pendidikan. Tujuan kedua adalah, mengetahui landasan pembelajaran Qur’ani .Mengetahui langkah-langkah pembelajaran Qur’ani.

B. PEMBAHASAN
Pengenalan kepada peserta didik Allah dan Rasulullah ditujukan untuk menghunjamkan rasa cinta mereka kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Al-Nahwali, 2010). Tidak cukup jika mereka sekadar mengenal nama atau cerita semata. Menanamkan cinta hanya bisa dilakukan dengan cinta pula. Peserta didik dikenalkan untuk senantiasa mencintai Allah dan Rasul-Nya, dengan membaca ceritanya yang didasarkan pada Alquran. Selain itu, peserta didik diharapakan menambah kecintaan mereka kepada Alquran dengan selalu membacanya dan meresapi maknanya serta mengamalkannya.

1.Landasan Pembelajaran Qur’ani
1.Landasan pertama adalah cinta kepada anak.
Ketika orangtua hendak mendarahdagingkan kecintaan kepada Allah dan Rasul dalam setiap aliran darah anak-anaknya, maka ia harus terlebih dulu menanamkan rasa cinta dalam jiwanya kepada anak-anak mereka. Cermin dari kecintaan ini adalah, tertanam dalam jiwa bahwa anak-anak itu adalah buah hatinya, setiap berbicara dengan anak, menatap matanya dengan cinta, dan berbicara dengan penuh rasa cinta, dan beniat bahwa apa yang disampaikan kepada anaknya adalah sebagai hadiah baik sekaligus tanda kasih sayangnya kepada mereka. Gagal memiliki kecintaan dalam mengenalkan anak kepada Allah Swt. dan Rasulullah merupakan tanda utama kegagalannya. (Al-Nahwali, 2010)
Pada sisi lain, setiap ucapan atau perilaku yang ditujukan untuk mengenalkan anak kepada al-Khaliq dan Rasulullah haruslah mengandung ruh. Artinya, ucapan dan perilaku kita sebagai orangtua pun harus lahir dari rasa cinta kita kepada Allah Swt.
2.Landasan kedua adalah mendidik anak dengan cinta.
3.Mendidik anak harus secara sengaja dan terprogram.
Mendidik anak dengan seadanya apalagi asal jalan merupakan bentuk ketidaksungguhan. Nabi saw. pernah mengibaratkan bahwa mendidik anak di waktu kecil laksana mengukir di atas batu. Artinya, cukup sulit, perlu energi besar, dan kesabaran. Namun, jika berhasil, buahnya tak akan pernah hilang. (Al- Nahwaali, 2010).

2.Langkah-langkah Pembelajaran Qur’ani
Anak-anak memiliki dunianya sendiri. Karenanya, perlu banyak contoh nyata yang langsung dialaminya dalam mengenalkan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Di antara langkah praktis yang dapat ditempuh antara lain:
1. Formal.
Pendidikan anak secara formal berarti pendidikan di ruang kelas. Ruang kelas dimaksud bukan hanya sekadar di sekolah, melainkan juga bisa masjid atau bahkan rumah. Bisa bersama-sama dengan orang lain atau khusus anak-anak kita sendiri. 

2.Non-formal.
Secara non-formal, kita bisa membelikan anak-anak buku bertemakan Allah dan Rasulullah. Membiarkan mereka terbiasa membaca buku-buku tersebut. Untuk lebih menanamkan ruh cinta mereka, ayah atau ibunya yang menceritakan atau membacakan isi buku tersebut pada saat santai. Bisa juga mengoleksi CD berisi doa atau cerita anak Islam, perjuangan Nabi, keindahan alam, dll. 
Jika tidak ada sarana elektronik, ganti dengan bercerita tentang semua itu. Hal ini dapat dilakukan menjelang tidur. Seorang ayah atau ibu penting menjadi seorang pendongeng/pencerita hebat bagi anak-anaknya. 
Jangan lupa, menanamkan anak mengenal Allah dan Rasul dapat dilakukan dengan mengajak mereka ke forum pengajian. Ajak sesekali mereka pada acara pengajian ayah atau ibunya. Meskipun mungkin mereka tidak mengerti, tanpa kita sadari mereka akan mendarah-dagingkan sikap dan perjuangan ayah/ibunya untuk mencintai Allah Swt. dan Rasulullah saw.

3.Internalisasi.
Internalisasi yang dimaksud di sini adalah mengenalkan anak kepada Allah dan Rasulullah melalui sikap dalam kehidupan keseharian. Hampir semua kejadian dapat digunakan untuk mengenalkan tautan jiwa kita itu kepada Allah Swt. dan Rasulullah. 
Kita perlu mengatakan kepadanya bahwa manusia harus tunduk kepada Zat Yang Mahahebat, yaitu Allah Swt. Barangkali kita sering kelihatan capai oleh anak-anak, salah satunya karena dakwah. Ketika itu datang berarti kesempatan untuk menjelaskan bahwa dakwah yang dilakukan ayah/ibu belum seberapa. Rasulullah saw. berjuang dengan harta, pikiran, tenaga, bahkan mengorbankan nyawa. 

4.Mendoakan dengan cinta dan airmata.
Anak-anak kita memang lahir melalui kita, tetapi bukan milik kita. Sering orangtua menghendaki anaknya begini atau begitu, tetapi dirasa sulit mencapainya. Tidak perlu mengalah apalagi menyerah. (Al- Nahwali 2010). 
Di sisi lain, di sini juga disebutkan metode-metode mengajar yang dilakukan oleh beberapa tokoh, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Menurut al-Nahlawi, terdapat beberapa metode yang dicontohkan AlQuran :
1.Metode Hiwar Qur’ani
Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki (dalam hal ini oleh guru).
2.Metode Kisah Qur’ani
a.Dalam pendidikan islam, terutama pendidikan agama islam (sebagai suatu bidang study ), kisah sebagai metode pendidikan amat penting. Dikatakan amat penting, alasannya antara lain sebagai berikut:
Kisah selau memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya. Selanjutnya, makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau pendengar tersebut.
b.Kisah Qur’ani dan dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh. Karena tokoh cerita ditampilkan dalam konteks yang menyeluruh, pembaca atau pendengar dapat ikut menghayati atau mersakan isi kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya. Kisah itu, sekalipun menyeluruh, terasa wajar, tidak menjijikan pendengar atau pembaca. Bacalah kisah Yusuf, misalnya. Inilah salah satu keistimewaan kisah Qur’ani, tidak sama dengan kisah-kisah yang ditulis orang sekarang yang isinya banyak ikut mengotori hati pembaca.
c.Kisah Qur’ani mendidik perasaan keimanan dengan cara:
-membangkitkan berbagai perasaan seperti khauf , rida, dan cinta;
-mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu puncak, yaitu kesimpulan kisah;
-melibatkan pembaca atau pendengar kedalam kidsak itu sehingga ia terlibat secara emosional.
d.Kisah Qur’ani bukanlah semata-mata karya seni yang indah; ia juga suatu cara Tuhan mendidik umat agar beriman kepadanya.

3.Metode Amtsal (perumpamaan)
Adakalanya Tuhan mengajari umat dengan membuat perumpamaan, misalnya dalam surat al-Baqarah ayat 17: perumpamaan orang-orang kafir itu adalah seperti orang yang menyalakan api. 



Artinya: Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.

Dalam surat al-‘Ankabut ayat 41 Allah mengumpamakan sesembahan atau tuhan orang kafir dengan sarang laba-laba: perumpamaan orang yang berlindung kepada selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah; padahal rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba.
Cara seperti itu dapat juga digunakan oleh guru dalam mengajar. Pengungkapannya tentu saja sama dengan metode kisah, yaitu dengan berceramah atau membaca teks.
4.Metode Teladan 
Kita mungkin saja dapat menyusun sistem pendidikan yang lengkap, tetapi semua itu masih memerlukan realisasi, dan realisasi itu dilaksanakan oleh pendidik. Pelaksanaan realisasi itu memerlukan seperangkat metode; metode itu merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidikan. 
Peserta didik cenderung meneladani pendidikannya; ini diakui oleh semua ahli pendidikan, baik dari barat maupun dari timur. Dasarnya ialah karena secara psikologis anak memang senang meniru; tidak saja yang baik, yang jelekpun ditirunya. Sifat peserta didik itu diakui dalam islam.
5.Metode Ibrah dan Mau’idzah
Ibrah ialah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang menyebabkan hati mengakuinya. Adapun mau’idzah ialah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya. Penggunaan ’ibrah dalam al-Quran dan sunah ternyata bebeda-beda sesuai dengan objek ’ibrah itu sendiri. Pengambilan ’ibrah dari kisah hanya akan dapat dicapai oleh orang yang berfikir dengan akal dan hatinya seperti firman Allah dalam S. Yusuf: 111 


: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (12:111)
6.Metode Targhib dan Tarhib
Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman kerena dosa yang dilakukan. Keduanya bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah. Akan tetapi, tekanannya ialah targhib agar melakukan kebaikan, sedangkan tarhib agar menjauhi kejahatan. Metode ini didasarkan atas fitrah (sifat kejiwaan) manusia, yaitu sifat keinginan kepada kesenangan, keselamatan, dan tidak menginginkan kepedihan, kesengsaraan.
Metode-metode di atas merupakan metode yang seringkali digunakan al-Qur’an dalam menyampaikan risalahnya dan dapat digunakan sebagai contoh maupun ibrah untuk para pendidik kepada peserta didiknya. Tentu saja dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang bersangkutan. Seiring dengan itu, seorang pendidik/guru dituntut agar cermat memilih dan menetapkan metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. (Al- Nahwali, 2010).

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pengenalan kepada peserta didik Allah dan Rasulullah ditujukan untuk menghujamkan rasa cinta mereka kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Setelah mengulas materi dalam makalah ini kami dapat menyimpulkan bahwa metode pembelajaran qur’ani dapat dilaksanakan di berbagai macam sekolah baik tingkat dasar, lanjutan, atau sekolah lanjutan atas. Asalkan dalam sekolah tersebut menghendaki terlaksananya metode ini dalam pembelajaran di sekolahnya. Mengingat dalam sekolah non-agama Islam atau sekolah umum, murid-murid yang menyusunnya bersifat homogeny, khususnya daalam bidang agama sesuai dengan materi yang dibahas dalam makalah ini. 
Metode ini sangat banyak keunggulannya dalam proses pembelajaran, karena menggabungkan metode umum atau bersifat keilmuan yang di dalamnya diselingi atau diselipi dengan ajaran agama yang bersifat relevan dengan ilmu yang disampaikan dalam ruang kelas. Sehingga, siswa-siswi mampu menambah kasanah ilmu yang di dalamnya ada muatan agama yang sesuai dengan materi pelajaaran. Dalam metode ini mempunyai beberapa laandasaan sehingga metode ini cocok digunakan sebagai metode yang digunakan dalam dunia pendidikan, landasan pembelajaran Qur’ani antara lain:
1.Cinta kepada anak.
2.Landasan kedua adalah mendidik anak dengan cinta.
3.Mendidik anak harus secara sengaja dan terprogram.
Metode yang digunakan dalam pembelajran tersebut adalah sebagai berikut: metode hiwar qur’ani, metode kisah qur’ani, metode amtsal ( perumpamaan), metode teladan, metode ibrah dan mau’idzah, metode targhib dan tarhib. 

DAFTAR PUSTAKA

http://saifulamien.staff.umm.ac.id/2009/09/26/pola-pembelajaran-baca-quran-luar-sekolah.
http://al- Nahwali.blog.id/2010/03/14/pembelajaran-qur’ni-dalam-dunia-pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar