Hidup Mandiri

Pemuda Deunong Love Valentine's Day Pumping Heart

Rabu, 30 November 2016

Mutiara Zuhud – Letakkan dunia pada tanganmu dan akhirat pada hatimu

 ‘mereka tidak melihat Rasulullah’


Jadilah saudara-saudara  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

Diriwayatkan dari Abu Jum’ah ra yang berkata “Suatu saat kami pernah makan siang bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan ketika itu ada Abu Ubaidah bin Jarrah ra yang berkata “Wahai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adakah orang yang lebih baik dari kami? Kami memeluk Islam dan berjihad bersama Engkau”. Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab “Ya ada, yaitu kaum yang akan datang setelah kalian, yang beriman kepadaku padahal mereka tidak melihatku”. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad juz 4 hal 106 hadis no 17017. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ad Darimi dalam Sunan Ad Darimi juz 2 hal 398 hadis no 2744 dengan sanad yang shahih.
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu, diriwayatkan suatu ketika selepas shalat shubuh, seperti biasa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam duduk menghadap para sahabat.
Kemudian beliau bertanya, “Wahai manusia siapakah makhluk Tuhan yang imannya paling menakjubkan?”.
“Malaikat, ya Rasul,” jawab sahabat.
“Bagaimana malaikat tidak beriman, sedangkan mereka pelaksana perintah Tuhan?” Tukas Rasulullah.
“Kalau begitu, para Nabi ya Rasulullah” para sahabat kembali menjawab
“Bagaimana nabi tidak beriman, sedangkan wahyu dari langit turun kepada mereka?” kembali ujar Rasul.
“Kalau begitu para sahabat-sahabatmu, ya Rasul”.
“Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan. Mereka bertemu langsung denganku, melihatku, mendengar kata-kataku, dan juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri tanda-tanda kerasulanku.” Ujar Rasulullah.
Lalu Nabi Shallallahu alaihi wasallam terdiam sejenak, kemudian dengan lembut beliau bersabda, “Yang paling menakjubkan imannya,” ujar Rasul “adalah kaum yang datang sesudah kalian semua. Mereka beriman kepadaku, tanpa pernah melihatku.
Mereka membenarkanku tanpa pernah menyaksikanku. Mereka menemukan tulisan dan beriman kepadaku. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka membela aku seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku itu.”
Kemudian, Nabi Shallallahu alaihi wasallam meneruskan dengan membaca surat Al-Baqarah ayat 3,   “Mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menginfakan sebagian dari apa yang Kami berikan kepada mereka.”
Lalu Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Berbahagialah orang yang pernah melihatku dan beriman kepadaku” Nabi Shallallahu alaihi wasallam mengucapkan itu satu kali. “Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku.” Nabi Shallallahu alaihi wasallam mengucapkan kalimat kedua itu hingga tujuh kali.
Dalam riwayat Ahmad dari Anas r.a, katanya : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda , “Aku sangat suka untuk bertemu dengan saudara-saudaraku yang beriman denganku walaupun mereka tidak pernah melihatku”.
Siapakah saudara-saudara dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam ?
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendatangi pekuburan lalu bersabda: “Semoga keselamatan terlimpahkah atas kalian penghuni kuburan kaum mukminin, dan sesungguhnya insya Allah kami akan bertemu kalian, sungguh aku sangat gembira seandainya kita dapat melihat saudara-saudara kita”.
Para Sahabat bertanya, “Tidakkah kami semua saudara-saudaramu wahai Rasulullah? “
Beliau menjawab dengan bersabda: “Kamu semua adalah sahabatku, sedangkan saudara-saudara kita ialah mereka yang belum berwujud”.
Sahabat bertanya lagi, “Bagaimana kamu dapat mengenali mereka yang belum berwujud dari kalangan umatmu wahai Rasulullah? “
Beliau menjawab dengan bersabda: “Apa pendapat kalian, seandainya seorang lelaki mempunyai seekor kuda yang berbulu putih di dahi serta di kakinya, dan kuda itu berada di tengah-tengah sekelompok kuda yang hitam legam. Apakah dia akan mengenali kudanya itu?”’
Para Sahabat menjawab, “Sudah tentu wahai Rasulullah.’
Beliau bersabda lagi: ‘Maka mereka datang dalam keadaan muka dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudlu. Aku mendahului mereka ke telaga. Ingatlah! Ada golongan lelaki yang dihalangi dari datang ke telagaku sebagaimana dihalaunya unta-unta sesat‘. Aku memanggil mereka, ‘Kemarilah kamu semua‘. Maka dikatakan, ‘Sesungguhnya mereka telah menukar ajaranmu selepas kamu wafat‘. Maka aku bersabda: Pergilah jauh-jauh dari sini. (HR Muslim 367)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam hadits diatas mencirikan Ahlussunah wal Jama’ah atau saudara-saudara Beliau dan kelak bergabung di telaganya adalah kaum muslim yang keadaan muka dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudlu artinya kaum muslim yang dengan sholatnya terhindar dari perbuatan keji dan mungkar yakni kaum muslim yang sholeh, kaum muslim berakhlakul karimah, kaum muslim yang ihsan, kaum muslim yang bermakrifat, kaum muslim yang membenarkan dan menyaksikan Allah ta’ala dengan hati mereka.
Allah berfirman yang artinya,
Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS al Ankabut [29]:45)
Sesungguhnya sholat itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 45).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Ash-shalatul Mi’rajul Mu’minin“, “sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“,  yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah
Kaum muslim yang khusyu’ dalam sholatnya maka akan tertanam dalam dirinya akan pengawasan Allah ta’ala atau yang terbaik  adalah mereka yang berjumpa dengan Rabb  mereka dan menyaksikanNya  dengan hati  (ain bashiroh)
Kaum Muslim yang meyakini dalam pengawasan Allah Azza wa Jalla atau kaum muslim yang bermakrifat atau dapat melihat Allah Azza wa Jalla dengan hatinya (ain bashiroh) maka ia mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya, mencegah dirinya dari perbuatan maksiat, mencegah dirinya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar. Sehingga terwujud dalam berakhlakul karimah. Inilah tujuan Rasulullah diutus oleh Allah ta’ala
Rasulullah menyampaikan yang maknanya “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).
Kaum muslim beragama adalah merupakan upaya meneladani akhlak manusia yang paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)
Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia”. (QS Al-Qalam:4)
Saudara-saudara Rasulullah adalah manusia yang meneladani Rasulullah dengan  mentaati Allah Azza wa Jalla dan RasulNya
Seorang muslim yang dikatakan telah mentaati Allah dan RasulNya adalah minimal muslim yang berakhlakul karimah atau muslim yang sholeh dan mereka akan berkumpul dengan orang-orang yang meraih maqom disisiNya, orang-orang telah diberi ni’mat oleh Allah Azza wa Jalla sehingga selalu berada dalam kebenaran, selalu berada pada jalan yang lurus.
Hanya 4 golongan manusia yang meraih maqom disisiNya yakni para Nabi (Rasulullah yang utama), para Shiddiqin, para Syuhada dan orang-orang sholeh
Firman Allah ta’ala yang artinya,
Tunjukilah kami jalan yang lurus , (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka….” (QS Al Fatihah [1]:6-7)
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu” (QS Al Hujuraat [49]:13)
Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa [4]: 69)
Muslim yang terbaik untuk bukan Nabi dan meraih maqom disisiNya sehingga menjadi kekasih Allah (wali Allah) dengan mencapai shiddiqin, muslim yang membenarkan dan menyaksikan Allah dengan hatinya (ain bashiroh) atau muslim yang bermakrifat. Bermacam-macam tingkatan shiddiqin sebagaimana yang diuraikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/14/2011/09/28/maqom-wali-allah/
Semakin dekat kita kepada Allah sehingga menjadi kekasihNya (Wali Allah)
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin ‘Utsman bin Karamah telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal telah menceritakan kepadaku Syarik bin Abdullah bin Abi Namirdari ‘Atho` dari Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah berfirman; Siapa yang memusuhi wali-KU, maka Aku umumkan perang kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti Ku-lindungi. Dan aku tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya sendiri sebagaimana keragu-raguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) terhadap kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia merasakan kepedihan sakitnya.” (HR Bukhari 6021)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “sesungguhnya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan (pangkat) mereka di sisi Allah Swt seorang dari shahabatnya berkata, siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah? Semoga kita dapat mencintai mereka. Nabi Saw menjawab dengan sabdanya: Mereka adalah suatu kaum yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada hubungan kekeluargaan dan bukan karena harta benda, wajah-wajah mereka memancarkan cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakannya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita”. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya diantara hamba-hambaku itu ada manusia manusia yang bukan termasuk golongan para Nabi, bukan pula syuhada tetapi pada hari kiamat Allah ‘Azza wa Jalla menempatkan maqam mereka itu adalah maqam para Nabi dan syuhada.”Seorang laki-laki bertanya : “siapa mereka itu dan apa amalan mereka?”mudah-mudahan kami menyukainya. Nabi bersabda: “yaitu Kaum yang saling menyayangi karena Allah ‘Azza wa Jalla walaupun mereka tidak bertalian darah, dan mereka itu saling menyayangi bukan karena hartanya, dan demi Allah sungguh wajah mereka itu bercahaya, dan sungguh tempat mereka itu dari cahaya, dan mereka itu tidak takut seperti yang ditakuti manusia, dan tidak susah seperti yang disusahkan manusia,” kemudian beliau membaca ayat : ” Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Yunus [10]:62 )
Para Wali Allah adalah yang dekat denganNya dan menyaksikanNya
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani, “Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya: “Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah-Nya?” Beliau menjawab: “Saya telah melihat Tuhan, baru saya sembah”. Bagaimana anda melihat-Nya? dia menjawab: “Tidak dilihat dengan mata yang memandang, tapi dilihat dengan hati yang penuh Iman.”
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَآهُ بِقَلْبِهِ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Hafsh dari Abdul Malik dari ‘Atha’ dari Ibnu Abbas dia berkata, “Beliau melihat dengan mata hatinya.” (HR Muslim 257)
Jika belum dapat bermakrifat yakinlah bahwa Allah Azza wa Jalla melihat kita.
Rasulullah bersabda yang artinya “jika kamu tidak melihat-Nya (bermakrifat) maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Muslim 11)
Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata: “Seutama-utama iman seseorang, jika ia telah mengetahui (menyaksikan) bahwa Allah selalu bersamanya, di mana pun ia berada
Rasulullah shallallahu alaihi wasallm bersabda “Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada“. (HR. Ath Thobari)
Muslim yang menyaksikan Allah ta’ala dengan hati (ain bashiroh) adalah muslim yang selalu meyakini kehadiranNya, selalu sadar dan ingat kepadaNya.
Imam Qusyairi mengatakan “Asy-Syahid untuk menunjukkan sesuatu yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan ingat, sehingga seakan-akan pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan menyaksikan-Nya, sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid (penyaksi)
Munajat Syaikh Ibnu Athoillah, “Ya Tuhan, yang berada di balik tirai kemuliaanNya, sehingga tidak dapat dicapai oleh pandangan mata. Ya Tuhan, yang telah menjelma dalam kesempurnaan, keindahan dan keagunganNya, sehingga nyatalah bukti kebesaranNya dalam hati dan perasaan. Ya Tuhan, bagaimana Engkau tersembunyi padahal Engkaulah Dzat Yang Zhahir, dan bagaimana Engkau akan Gaib, padahal Engkaulah Pengawas yang tetap hadir. Dialah Allah yang memberikan petunjuk dan kepadaNya kami mohon pertolongan
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilany menyampaikan, “mereka yang sadar diri senantiasa memandang Allah Azza wa Jalla dengan qalbunya, ketika terpadu jadilah keteguhan yang satu yang mengugurkan hijab-hijab antara diri mereka dengan DiriNya. Semua bangunan runtuh tinggal maknanya. Seluruh sendi-sendi putus dan segala milik menjadi lepas, tak ada yang tersisa selain Allah Azza wa Jalla. Tak ada ucapan dan gerak bagi mereka, tak ada kesenangan bagi mereka hingga semua itu jadi benar. Jika sudah benar sempurnalah semua perkara baginya. Pertama yang mereka keluarkan adalah segala perbudakan duniawi kemudian mereka keluarkan segala hal selain Allah Azza wa Jalla secara total dan senantiasa terus demikian dalam menjalani ujian di RumahNya”.
Untuk dapat termasuk kedalam golongan Ahlussunnah wal Jama’ah atau menjadi saudara-saudara Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah dengan mengikuti apa yang disampaikan oleh ulama-ulama yang sholeh dari kalangan Ahlul Bait atau kalangan Alawiyin, para Habib atau para Sayyid , para ulama keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam karena mereka mendapatkan pengajaran agama dari orang tua-orang tua mereka terdahulu yang tersambung kepada Imam Sayyidina Ali ra yang mendapatkan pengajaran agama dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Para ulama dari kalangan Ahlul Bait telah sepakat bahwa apa yang disampaikan oleh pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) yakni Imam Mazhab yang empat telah sesuai dengan pengajaran agama yang telah mereka dapatkan dari orang tua-orang tua mereka terdahulu yang tersambung kepada Imam Sayyidina Ali ra yang mendapatkan pengajaran agama dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Marilah kita mengikuti apa yang disampaikan oleh Al Imam Al Haddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almuqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutthoriqoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Al Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa dan orang orang yang setingkat dengannya.
Sejak abad 7 H di Hadramaut (Yaman), dengan keluasan ilmu, akhlak yang lembut, dan keberanian, Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra beliau berhasil mengajak para pengikut Khawarij untuk menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulama tasawuf yang mutakbaroh dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.
Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal”, karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinannya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas.
Berhati-hatilah dalam memilih dan mengikuti hasil pemahaman (ijtihad) seorang ulama. Apalagi jika hasil pemahaman (ijtihad) ulama tersebut sering dikritik atau dibantah oleh banyak ulama lainnya.
Apalagi mengikuti pendapat seorang ulama yang sudah dinyatakan oleh ulama yang sholeh keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai ulama yang dapat menyesatkan kaum muslim sebagaimana yang terurai dalam tulisan pada http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=22475&catid=9
Jangan menimbulkan penyesalan di akhirat kelak karena salah mengikuti ulama.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.” (QS al Baqarah [2]: 166)
Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS Al Baqarah [2]: 167)
Wassalam

Cut Lem Tpa Tgk Meurah, Kab Aceh Besar 30 November 2016

STANDAR KURIKULUM TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN ( TPA )

A.    Tinjauan Standar Nasional Pendidikan

1.    Pengertian Standar Nasional Pendidikan
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban  bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mukia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggungjawab dan Undang-Undang No.19 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengatur standar pendidikan di Indonesia.
Sedangkan arti dari standar itu sendiri adalah pernyatan-pernyataan yang luas tentang praktek dan merefleksikan tingkat kualitas yang diinginkan, dan berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia arti dari stadarisasi adalah penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas, dsb) dengan pedoman (standar) yang ditetapkan; pembakuan, perlu adanya standarisasi.
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang di dalamnya meliputi:
a.    Standar isi.
b.    Standar proses.
c.    Standar kompetensi lulusan.
d.    Standar pendidikan dan tenaga kependidikan.
e.    Standar sarana dan prasarana.
f.    Standar pengelolaan.
g.    Standar pembiayaan.
h.    Standar penilaian.
Sebagimana tercantum dalam Bab X, pasal 36 ayat 3 bahwasanya kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangaka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a.    Peningkatan iman dan takwa.
b.    Peningkatan akhlak mualia.
c.    Peningkatan potensi, keceradsan, dan minat peserta didik.
d.    Keragaman potensi daerah dan lingkungan .
e.    Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
f.    Tuntutan dunia kerja.
g.    Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
h.    Agama.
i.    Dinamika perkembangan global, dan
j.    Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.



2.    Standar Kurikulum Taman Pendidikan al-Qur'an
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat 3 berbunyi: "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang menigkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa". Atas dasar amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa strategi pertama dalam melaksanakan pembaruan sistem pendidikan nasional adalah " pelakasanaan pendidikan agama dan akhlak mulia".
Dalam hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 24 ayat 1 menyatakan bahwa: "tujuan pendidikan al-Qur'an adalah meningkatakan kemampuan peserta didik membaca, menulis, memahami, dan mengamalkan kandungan al-Qur'an". Pendidikan al-Qur'an terdiri dari:
a.    Taman Kanak-kanak Al-Qur'an (TKQ).
b.    Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ).
c.    Ta'limul Qur'an lil Aulad (TQA).
d.    Dan bentuk lain yang sejenis.
Sedangkan kurikulum pendidikan al-Qur'an adalah membaca, menulis, dan menghafal ayat-ayat al-Qur'an, tajwid serta menghafal do'a-do'a utama yang tertulis dalam pasal 24 ayat 5.

B.    Tinjauan  Taman Pendidikan Al-Qur'an

1.    Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur'an
Sejak agama Islam masuk ke Indonesia sampai saat ini upaya penyebaran dan penanaman nilai-nilai Islam kepada masyarakat terus dilakukan dan bahkan makin ditingkatkan, baik oleh pemerintah (Departemen Agama) maupun lembaga-lembaga keagamaan mulai dari tingkat pedesaan/ kelurahan sampai di kota-kota besar.
Bentuk kegiatan penyebarluasan dan penanaman nilai-nilai Islam itu sangat bervariasi sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan/ daerah setempat antara lain melalui sarana:
a.    Pondok Pesantren.
b.    Guru Ngaji (di rumah, langgar, masjid).
c.    Madrasah Diniyah (lembaga non formal).
d.    Taman Kanak-kanak Al-Qur'an dan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TKA/ TPQ).
Pendidikan Agama merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki arti penting dalam mensukseskan program pembangunan nasional, oleh sebab itu seluruh aktifitas pemerintah dan masyarakat yang mengarah pada penanaman nilai-nilai rohani/ keagamaan perlu mendapat perhatian dan dukungan dari semua pihak.
Dalam UU Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 4 ditegaskan bahwa salasatu ciri manusia Indonesia yangmenjadi tujuan Pendidikan Nasional ialah manusia yang beriman dan bertaqwa. Untuk menjadikan manusia Indonesia beriman dan bertaqwa itulah, diperlukan pendidikan keimanan dan ketaqwaan, yang kita kenal dengan pendidikan agama.
Pengertian Taman Kanak-kanak Al-Qur'an (TKQ) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran al-Qur'an bagi anak usia 4 sampai 6 tahun. Sedangkan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPQ) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran al-Qur'an bagi anak usia 7 sampai 12 tahun. Pengertian pokok antara TKQ dengan TPQ adalah pada usia anak didiknya, sedangkan mengenai dasar, sistem, metode dan materi yang diajarkan secara garis besar sama. Jadi Taman Kanak-kanak Al-Qur'an dan Taman Pendidikan Al-Qur'an adalah pengajian anak-anak dalam bentuk baru dengan metode praktis dibidang pengajaran membaca al-Qur'an yang dikelola secara profesional.

2.    Kurikulum Taman Pendidikan Al-Qur'an
a.    Pengertian Kurikulum
Perkataan kurikulum (curriculum) adalah kata benda yang berasal dari kata "curriculum" (bahasa latin), artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Kata kerjanya adalah "currere" (latin) = "courier" (Prancis) = "to run" (Inggris) = berlari. Perkataan tersebut, yang semula terbatas dalam dunia olahraga, lalu beralih ke dunia pendidikan, yaitu dengan pengertian tradisonal sebagai berikut:
1.    Rencana pelajaran (curriculum is a plan for learning).
2.    Sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah.
3.    Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah.
4.    Sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau ijazah.
Sedangkan dalam pengertian modern, kurikulum diartikan sebagai program pendidikan, yaitu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Dalam kaitan ini, pemerintah (Depdikbud) membakukan pengertian kurikulum dengan pengertian yang operasional, dan tidak terlalu luas seperti dalam pengertian modern. Dalam hal ini, pengertian kurikulum yang berlaku dirumuskan sebagai "Garis-garis Besar Program Pengajaran" (GBPP) yang di dalamnya terdiri dari: Komponen Tujuan, Bahan Pengajaran, Program Pengajaran (alokasi waktu), Metode, Sarana dan Sumber, dan Komponen Evaluasi, ditambah dengan panduan operasional lainnya.


b.    Asas Penyusunan Kurikulum
Taman Kanak-kanak Al-Qur'an dan Taman Pendidikan Al-Qur'an adalah lembaga luar sekolah (nonformal) jenis keagamaan. Oleh karena itu muatan pengajarannya lebih menekankan aspek keagamaan Islam dengan mengacu pada sumber utamanya, yaitu al-Qur'an dan as-Sunnah. Hal itu pun dibatasi dan disesuaikan dengan tarap perkembangan anak, yaitu kelompok usia 4-12 tahun (usia TK/ SD/ MI). Dengan demikian, porsi pengajarannya tebatas pada pemberian bekal dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaan, misalnya pengajaran baca tulis al-Qur'an, pengajaran sholat, hafalan surat dan ayat al-Qur'an serta do'a harian, penanaman aqidah dan akhlaq, dan lainnya.
1.    Asas Agamis
a.    Islam adalah agama dan tatanan hidup yang bersifat universal, berlaku dan patut diberlakukan sepanjang hayat, termasuk dalam kehidupan anak-anak. Oleh karenanya, nilai-nilai dan norma-norma agama ini (Islam) wajib diwariskan oleh umatnya dari zaman ke zaman, termasuk pewarisan kepada generasi pelanjut.
b.    Al-Qur'an sebagai rujukan utama tiap pribadi muslim wajib dibaca, dofahami, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran membaca dan mempedomaninya adalah merupakan konsistensi keberimanannya. Di lain pihak, Allah memberikan jaminan bahwa al-Qur'an pada dasarnya mudah untuk dibaca, dihafal dan dijadikan pengajaran.
c.    Pendidikan anak, termasuk dalam hal pengajaran baca dan tulis al-Qur'an dan sholat bagian dari kewajiban orang tua yang harus dibudidayakan sejak dini dilingkungan keluarganya.
Nabi bersabda:"Didiklah anak-anakmu atas tiga dasar pendidikan (yaitu) mencintai Nabimu, mencintai keluarganya (ahlul bait) dan membaca al-Qur'an".
d.    Agama pun mengajarkan bahwa tingginya kualitas dan derajat manusia terletak pada iman dan ilmu yang dimilikinya, sebagaimana yang difirmankan dalam al-Qur'an:
يرفع الله الذين أمنوا والذين أوتوا العلم دراجات
            Terjemahnya:"jkjlklk"
2.    Asas Filosfis
a.    Pancasila adalah falsafah hidup bangsa yang mengandung nilai-nilai yang tidak bertentangan (dan tidak untuk dipertentangkan) dengan Islam yang bersifat universal. Dengan demikian. Menjadi muslim yang taat, dalam ikatan kebangsaan Indonesia, adalah sekaligus sebagai pancasilais yang baik.
b.    Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dan utama dalam rangkuman pancasila adalah landasan kehidupan berbangsa yang menghedaki agar tiap warganya beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Da pentingnnya pemilikan dan peningkatan iman dan taqwa tersebut tersurat dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
c.    Iman dan Taqwa terhadap Allah Swt mempunyai konsekuensi kewajiban untuk berpegang teguh kepada al-Qur'an, itulah kitab Allah yang tidak mengandung keraguan di dalamnya, menjadi petunjuk/ pedoman bagi orang-orang yang bertaqwa. Dengan kerangka pemikiran filosofis ini maka pengajaran dan pemasyarakatan al-Qur'an yang diprogramkan dalam kurikulum TKA/ TPQ menjadi cukup beralasan.
3.    Asas Sosio-Kultural
a.    Mayoritas bangsa Indonesia adalah beragama Islam. Kondisi sosio kultural ini menjadi asas tersendiri dalam penyusunan kurikulum TKA/ TPQ. Seiring dengan itu, tradisi mengaji al-Qur'an mempunyai akar budaya yang kuat. Tradisi khataman al-Qur'an untuk kalagan anak-anak misalnya,dengan ragam acara dan upacara yang menyatu dala budaya kedaerahan sejak zaman penjajahan hingga pasca kemerdekaan cukup melembaga. Adalah cukup beralasan apabila kemudian pemerintah sendiri memandang penting adanya upaya peningkatan kemampuan baca tulis al-Qur'an bagi umat Islam, dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengamalan al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari (SKB 2 Menteri/ Medagri dan Menagri No. 128 dan 44 A tanggal 13 Mei 1982).
4.    Asas Psikologis
a.    Tarap perkembangan
b.    kjlkl
c.    klkk
3.    Tujuan Pendidikan dan Pengajaran TPQ
Taman Kanak-kanak al-Qur'an dan Taman Pendidikan al-Qur'an bertujuan menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi muslim Qur'ani, yaitu generasi yang mencintai al-Qur'an sebagai bacaan dan sekaligus pandangan hidupnya sehari-hari.
Untuk mencapai tujuan ini, Taman Kanak-kanak al-Qur'an dan Taman Pendidikan al-Qur'an perlu menentukan target operasionalnya yang meliputi target jangka pendek dan jangka panjang, yaitu sebagai berikut:
A.    Target Jangka Pendek (1-2 Tahun)
1.    Anak dapat membaca al-Qur'an dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid.
2.    Anak dapat melakukan sholat dengan baik.
3.    Anak hafal beberapa surat pendek, ayat pilihan dan do'a sehari-hari.
4.    Anak dapat menulis huruf al-Qur'an (huruf Arab).
B.    Target Jangka Panjang (3-4 Tahun)
1.    Anak dapat menghatamkan al-Qur'an 30 juz.
2.    Anak mampu mempraktekkan lagu-lagu dasar qiro'ah.
3.    Anak mampu menjadikan dirinya sebagai teladan bagi teman segenerasi (berakhlak mulia) .

4.    Program Pengajaran TPQ
Program pengajaran disusun dengan merujuk pada sistem semester dan pengelompokan santri yang terdiri dari kelompok Taman Kanak-kanak al-Qur'an (kelompok umur TK) dan kelompok Taman Pendidikan al-Qur'an (kelompok umur SD/ MI). Tiap kelompok santri terdiri dari dua paket program, yaitu Paket A dan Paket B dengan rentang waktu 1 tahun (12 bulan) atau dua semester (2x6 bulan). Teknik penyususnannya dibuat dalam bentuk matrik dengan struktur sebagai berikut:
Urutan ke bawah (vertikal) adalah berupa topik materi pengajaran terdiri dari materi pokok, materi penunjang dan muatan lokal. Urutan ke samping (horizontal) adalah berupa tahapan target pencapaian tiap topik pengajaran dari bulan ke bulan, mulai bulan Juli (KBM bulan ke 1) dan bulan-bulan berikutnya dalam penanggalan kalender dua semester. Dan struktur program pengajaran di atas merupakan bahan rujukan bagi pengelola unit (kepala TK/ TPQ) serta guru, yaitu:
1.    Sebagai bahan rujukanuntuk menyusun dan menetapkan jadwal pengajaran (jadwal KBM intra kurikuler, ektra kurikuler, evaluasi dan lain-lain).
2.    Sebagai bahan rujukan untuk menyusun persiapan tertulis dalam bentuk program kegiatan mingguan dan kegiatan harian.
Tabel. 2 Contoh Jadwal Program Pengajaran Taman Kanak-kanak Al-Qur'an Paket A (12 Bulan)

No    Paket Pengajaran    Semester I    Semester II    Ket      
I    Materi Pokok    1    2    3    4    5    6    1    2    3    4    5    6          
    1. Bacaan Iqro                                                          
    1) Iqro' Jilid I    x    x    +                                              
    2) Iqro' Jilid II            x    x    +                                      
    3) Iqro' Jilid III                    x    x    +                              
    4) Iqro' Jilid IV                            x    x    +                      
    5) Iqro' Jilid V                                    x    x    +              
    6) Iqro' Jilid VI                                            x    x          
                                                              
    2. Hafalan Bacaan Sholat                                                          
    1) Do'a Sebelum Wudhu    x    +                +                +    +    +          
    2) Do'a sesudah Wudhu    x    +                +                +    +    +          
    3) Do'a Iftitah        x    +            +                +    +    +          
    4) Bacaan al-Fatihah    x    +                +                +    +    +          
    5) Bacaan Ruku'            x    +        +                +    +    +          
    6) Bacaan I'tidal                x    +    +                +    +    +          
    7) Bacaan Sujud            x    +        +                +    +    +          
    8)Bacaan Duduk diantara dua Sujud                    x    +                +    +    +          
    9) Bacaan Tasyahud                        x    +            +    +    +          
    10Bacaan Sesudah Sholat                            x    +    +    +    +    +          
                                                              
    3. Hafalan Surat Pendek                                                          
    1) Surat al-Ikhlas    x    +                +                +    +    +          
    2) Surat al-Kautsar        x    +            +                +    +    +          
    3) Surat al-'Ashar        x    +            +                +    +    +          
    4) Surat al-Nashar            x    +        +                +    +    +          
    5) Surat al-Lahab                x    +    +                +    +    +          
    6) Surat al-Falaq                    x    +                +    +    +          
    7) Surat an-Naas                        x    +            +    +    +          
    8) Surat al-Kafirun                            x    +        +    +    +          
    9) Surat al-Ma'un                                x    +    +    +    +          
                                                              
    4. Latihan Praktek Sholat                                                          
    1) Latihan Wudhu                x    x    x    x    x    x    x    x    x          
    2) Latihan Sholat                x    x    x    x    x    x    x    x    x          
    3) Latihan Adzan                            x    x    x    x    x    x          
                                                              
II    Materi Penunjang                                                          
    1. Do'a & Adab Harian                                                          
    1) Memperoleh Rahmat    x                    +                    +    +          
    2) Mulai Belajar    x    +                +                    +    +          
    3) Kelancaran Bicara        x    +            +                    +    +          
    4) Akhir Pertemuan            x    +        +                    +    +          
    5) Sebelum Makan                x    +    +                    +    +          
    6) Sesudah Makan                    x    +                    +    +          
    7) Berpakaian                        x    +                +    +          
    8) Bercermin                            x    +            +    +          
    9) Masuk WC                                x    +        +    +          
    10) Keluar WC                                    x    +    +    +          
    11) Sebelum Tidur                                        x    +    +          
    12) Sesudah Tidur                                            x    +          
                                                              
    2. Tahsinul Kitabah                                                          
    1) Mencontoh cara penulisan huruf berkarakter tegak, datar, miring, dan lengkun kanan            x    +                                          
    2) Mencontoh cara penulisan huruf  tunggal awal, tengah dan akhir berkarakter tegak, datar, miring, dan lengkun kanan                x    +                                      
    3) Mencontoh cara penulisan huruf tunggal bergerigi dan lengkung kiri                    x    +                                  
    4) Mencontoh cara penulisan huruf tunggal awal, tengah dan akhir bergerigi lengkung kiri                        x    +                              
    5) Mencontoh cara penulisan angka Arab                            x    +                          
    6) Mencontoh cara penulisan huruf sambung berhuruf dua, tiga. empat                            x    +                          
    7) Mencontoh cara penulisan huruf sambung berhuruf lima, enam, tujuh                                x    +                      
    8) Seni mewarnai kaligrafi dan aneka gamar                                    x    x    x    x          
                                                              
III    Muatan Lokal*)
(pilihan bebas/tidak mengikat)                                                          
    1) Bahasa Arab Populer                                                          
    2) Bahasa Inggris Populer                                                          
    3) Kreativitas seni                                                          
    4) Olah raga                                                          
    5) Seni bela diri                                                       

Keterangan:
x : Alokasi waktu pembelajaran
+ : Alokasi waktu pengulangan/ pemantapan
*): Alokasi waktu pembelajaran Muatan Lokal disesuaikam dengan paket yang dipilih serta situasi dan kondisi unit yang bersangkutan.




5.    Metode Pengajaran TPQ
Metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan, yaitu untuk mennyampaikan sebuah materi kepada anak didik. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam menyampaikan baca tulis al-Qur’an, pada dasarnya semua metode yang digunakan adalah agar anak bias menyenangi materi yang diberikan dan agar anak suka belajar.
Di bawah ini akan dikemukan beberapa metode didalam pengebangan pengajaran al-Qur’an, karena sebenarnya banyak sekali metode yang telah berkembang di Indonesia, diantaranya adalah:
1.    Metode al-Barqy
Metode ini disusun oleh Muhadjir Sulthon yang dikembangkan pertama kali di Surabaya. Pengajaran metode ini dikenal dengan pendekatan global atau Gestald psikologi yang bersifat analistik sintetik (SAS).
Yang dimaksud SAS ialah penggunaan struktur kata atau kalimat yang tidak mengikutkan bunyi mati/ sukun, dan menggunakan kata lembaga (struktur). Pada metode ini setelah santri mengenal dan dianggap bias pada pengenalan cara menulis, cara menulis ini diawali dengan meniru tulisan yang masih berupa titik-titik untuk ditebali dengan pensil, setelah dianggap baik dan bisa, baru melanjutkan untuk mengganti di kertas lain.
Metode ini tidak banyak memakan waktu bagi anak karena hanya diperlukan waktu 1 x 8 jam per minggu, sedangkan bagi remaja serta orang dewasa yang baik hanya diperlukan 1x6 jam per minggu.
2.    Metode  Iqra’ Klasikal
Di Indonesia, gerakan pemberantasan buta huruf al-Qur’an yang menggunakan metode iqra’ telah semarak dalam bentuk Taman Kanak-kanak al-Qur’an dan Taman Pendidikan al-Qur’an. Di sekolah dasar di Indonesia juga dikembangkan metode yang sesuai yang dapat mengantarkan murid mampu dalam membaca al-Qur’an dalam waktu yang relative singkat sesuai dengan keterbatasan jam pelajaran yang tersedia.
Metode ini disusun oleh salah satu team tadarrus AMM yaitu KH. As’ad Humam. Metode ini disusun sebagai kelanjutan dari metode sebelumnya, metode pertama kali dikembangkan didaerah Yogyakarta kemudian disebarkan ke daerah lain. Metode ini merupakan ringkasan dari metode iqra’ yang awalnya sampai 6 jilid kemudian diringkas menjadi satu buku yang tebal mencapai 61 halaman. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik cepat bisa membaca al-Qur’an. Selain itu untuk menjawab tuntutan bagi anak atau orang dewasa yang akan beljar al-Qur’an tetapi mempunyai waktu yang terbatas.
Pada metode ini pengenalan huruf hijaiyah awal hingga akhir dengan menggunakan harakat dan untuk bacaan tajwid, tidak langsung dikenalkan macam-macam bacaan tetapi diberikan tuntunan membacanya, setelah menguasai semuanya akan diberikan materi tajwid.
3.    Metode al-Baghdadi
Metode ini sering juga disebut dengan metode kuno atau juz ‘amma. Cara penyampaiannya dengan membaca dan menghafal huruf-huruf hijaiyah, baru menginjak pada tanda-tanda fathah, kasrah, dhommah. Pada metode ini anak bisa mengetahui langsung nama-nama huruf hijaiyah tanpa harakat dan hafal secara berurutan.
4.    Metode Qira’ati
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh KH. Dachlan Salim Zarkasy dari Semarang. Di dalam metode ini santri diajarkan huruf-huruf hijaiyah yang sudah berharakat secara langsung tanpa mengeja.
Cara yang digunakan dalam materi ini hamper sama dengan metode iqra’ tetapi disertai dengan ketukan yaitu untuk bacaan pendek satu ketukan, sedangkan untuk bacaan mad dan idghom dua ketukan, dan mad wajib lima ketukan.
Beberapa metode ini telah berkembang di masyarakat Indonesia sampai sekarang. Metode ini yang dijadikan rujukan untuk belajar membaca al-Qur’an di seluruh Indonesia, agar anak secepatnya mampu dan menguasai dan membaca al-Qur’an serta mampu menulis huruf-huruf al-Qur’an dengan baik.

C.    Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan

Menawarkan pendidikan yang bermutu tinggi adalah tujuan setiap lembaga pendidikan, begitu juga keinginan dari kepala sekolah sebagai orang yang sangat bertanggungjawab dilingkungan pendidikan, dalam hal ini ada beberapa upaya yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan maupun seorang kepala sekolah sebagai orang yang bertanggungjawab di lembaga yang dipimpinnya, yaitu :
1.    Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Oleh Lembaga Pendidikan 
Tuntutan akan lulusan lembaga pendidikan yang bermutu semakin mendesak karena semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja. Salah satu implikasi globalisasi dalam pendidikan yaitu adanya deregulasi yang membuka peluang lembaga pendidikan (termasuk lembaga pendidikan asing) membuka sekolahnya di Indonesia. Oleh karena itu persaingan di pasar kerja akan semakin berat. Mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat serta tantangan yang semakin besar dan kompleks, tiada jalan lain bagi lembaga pendidikan untuk mengupayakan segala cara untuk meningkatkan daya saing lulusan serta produk-produk akademik lainnya, yang antara lain dicapai melalui peningkatan mutu pendidikan. Mutu adalah suatu terminologi subjektif dan relatif yang dapat diartikan dengan berbagai cara dimana setiap definisi bisa didukung oleh argumentasi yang sama baiknya. Secara luas mutu dapat diartikan sebagai agregat karakteristik dari produk atau jasa  yang memuaskan kebutuhan konsumen/pelanggan. Karakteristik mutu dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendidikan, mutu adalah suatu keberhasilan proses belajar yang menyenangkan dan memberikan kenikmatan. Pelanggan bisa berupa mereka yang langsung menjadi penerima produk dan jasa tersebut atau mereka yang nantinya akan merasakan manfaat produk dan jasa tersebut.
Untuk bisa menghasilkan mutu pendidikan yang baik terdapat empat usaha mendasar yang harus dilakukan dalam suatu lembaga pendidikan, yaitu sebagai: 
a.    Menciptakan situasi “menang-menang”  (win-win solution) dan bukan situasi “kalah-menang” diantara pihak yang berkepentingan dengan lembaga pendidikan (stakeholders). Dalam hal ini terutama antara pimpinan lembaga dengan staf lembaga harus terjadi kondisi yang saling menguntungkan satu sama lain dalam meraih mutu produk/jasa yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan tersebut.
b.    Perlunya ditumbuhkembangkan adanya motivasi instrinsik pada setiap orang yang terlibat dalam proses meraih mutu. Setiap orang dalam lembaga pendidikan harus tumbuh motivasi bahwa hasil kegiatannya mencapai mutu tertentu yang meningkat terus menerus, terutama sesuai dengan kebutuhan dan harapan pengguna/langganan.
c.    Setiap pimpinan harus berorientasi  pada proses dan hasil jangka panjang. Penerapan manajemen mutu terpadu  dalam pendidikan bukanlah suatu proses perubahan jangka pendek, tetapi usaha jangka panjang yang konsisten dan terus menerus.
d.    Dalam menggerakkan segala kemampuan lembaga pendidikan untuk mencapai mutu yang ditetapkan, harus dikembangkan adanya kerjasama antar unsur-unsur pelaku proses mencapai hasil mutu. Janganlah diantara mereka terjadi persaingan yang mengganggu proses mencapai hasil mutu tersebut. Mereka adalah satu kesatuan yang harus bekerjasama dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain untuk menghasilkan mutu sesuai yang diharapkan. 
Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah merupakan usaha “jasa” yang memberikan pelayanan kepada pelangggannya, yaitu mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut. Para pelanggan layanan pendidikan terdiri dari berbagai unsur paling tidak empat kelompok. Mereka itu adalah  pertama yang belajar, bisa merupakan mahasiswa/ pelajar/ murid/ peserta belajar yang biasa disebut klien/pelanggan primer (primary external customers). Mereka inilah yang langsung menerima manfaat layanan pendidikan dari lembaga tersebut.   Kedua, para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lembaga pendidikan, yaitu orang tua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja, dan mereka ini kita sebut sebagai pelanggan sekunder  (secondary  external customers). Pelanggan lainnya yang  ketiga bersifat tersier adalah lapangan kerja bisa pemerintah maupun masyarakat pengguna output pendidikan (tertiary  external customers).
Selain itu, yang keempat, dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu yang berasal  dari intern lembaga; mereka itu adalah para guru/ dosen/ tutor dan tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga pendidikan (internal customers).Walaupun para guru/ dosen/ tutor dan tenaga administrasi, serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat dalam proses pelayanan jasa, tetapi mereka termasuk juga pelanggan jika dilihat dari hubungan manajemen. Mereka berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk maju, karena semakin maju dan berkualitas dari suatu lembaga pendidikan mereka akan diuntungkan, baik kebanggaan maupun finansial. Seperti  disebut diatas bahwa program peningkatan mutu harus berorientasi kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan suatu lembaga haruslah memperhatikan masing-masing pelanggan diatas. Kepuasan dan kebanggaan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan. Potensi perkembangan, dan keaktifan murid tentu saja merupakan yang paling utama dalam peningkatan mutu pendidikan. Perkembangan fisik yang baik, baik jasmani maupun otak, menentukan kemajuannya. Demikian pula dengan lainnya, misalnya bakat, perkembangan mental, emosional, pibadi, sosial, sikap mental, nilai-nilai, minat, pengertian, umur, dan kesehatan; kesemuanya akan mempengaruhi hasil belajar dan mutu seseorang. Untuk itu, maka  perhatian terhadap paserta didik menjadi sangat penting.


2.    Upaya Kepala TPQ sebagai Administrator Pendidikan
Kepala TPQ merupakan personel sekolah yang bertanggunjawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan di TPQ. Ia mempunyai wewenang dan tanggungjawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan TPQ yang dipimpinnya. Kepala TPQ tidak hanya bertanggungjawab atas kelancaran jalannya TPQ secara teknis akademis saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan TPQ dengan kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masayarakat sekitarnya merupakan tanggungjawabnya pula. Inisiatif dan kreatif yang mengarah kepada perkembangan dan kemajuan TPQ adalah tugas dan tanggungjawab kepala TPQ. Namun demikian, dalam usaha memajukan TPQ dan menanggulangi kesulitan yang dialami TPQ baik yang berupa atau bersifat material seperti perbaikan gedung, penambahan ruang, penambahan perlengkapan, dan sebagainya maupun yang bersangkutan dengan pendidikan anak-anak, kepala TPQ tidak dapat bekerja sendiri. Kepala TPQ harus bekerja sama dengan para guru yang dipimpinnya, dengan orang tua murid serta pihak pemerintah setempat. Kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya adalah sebagai berikut yang juga merupakan upaya dari kepala TPQ itu sendiri dalam meningkatkan mutu pendidikan dilingkungannya secara maksimal:
1.    Kegiatan mengatur proses belajar mengajar.
2.    Kegiatan mengatur kesiswaan.
3.    Kegiatan mengatur personalia.
4.    Kegiatan mengatur perelatan pengajaran.
5.    Kegiatan mengatur dan memelihara gedung dan perlengkapan TPQ.
6.    Kegiatan mengatur keuangan.
7.    Kegiatan mengatur hubungan TPQ dengan masyarakat.
Fungsi pimpinan TPQ dalam kegiatan yang dipimpinnya berjalan melalui tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:
1.    Perencanaan.
2.    Pengorganisasian.
3.    Pengarahan.
4.    Pengkoordinasikan.
5.    Pengawasan.
Tugas lain dari seorang kepala TPQ adalah sebagai supervisor dalam masalah pembinaan kurikulum TPQ. Dalam pembinaan kurikulum tugas kepala TPQ yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a.    Kepala TPQ hendaknya dapat membimbing para guru untuk dapat meneliti dan memilih bahan-bahan mana yang baik yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan dalam masyarakat.
b.    Membimbing dan mengawasi guru-guru agar mereka pandau memilih metode-metode mengajar yang baik, dan melaksanakan metode itu sesuai dengan bahan pelajaran dan kemampuan anak.
c.    Menyelenggarakan rapat-rapat dewan guru secara insidentil maupun priodik, yang khusus untuk membicarakan kurikulum, metode mengajar, dan sebagainya.
d.    Mengadakan kunjungan kelas yang teratur: mengunjungi guru sedang mengajar untuk meneliti bagaimana metode mengajarnya, kemudian mengadakan diskusi dengan guru yang bersangkutan.
e.    Mengadakan saling kunjungan kelas antara guru.
f.    Setiap permualaan tahun ajaran guru diwajibkan menyusun suatu silabus mata pelajaran yang akan diajarkan, dengan pedoman pada rencana pelajaran/ kurikulum yang berlaku di TPQ itu.
g.    Setiap akhir tahun ajaran masing-masing guru mengadakan penilaian cara dan hasil kerjanya dengan meneliti kembali hal-hal yang pernah diajarkan, selanjutnya mengadakan perbaikan-perbaikan dalam tahunajaran berikutnya.
h.    Setiap akhir tahun ajaran mengadaka penelitian bersama guru-guru mengenai situasi dan kondisi TPQ pada umumnya dan usaha memperbaikinya.
Dalam memimpin TPQ, demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan kepala TPQ pun harus memiliki karateristik sebagai berikut:
a.    Mempunyai jiwa kepemimpinan dan mampu memimpin TPQ.
b.    Memiliki kemampuan memecahkan masalah.
c.    Mempunyai ketrampilan social.
d.    Profesional dan kompeten dalam bidang tugasnya.
Dalam menjalankan tugasnya, kepala TPQ mempunyai peran ganda sebagai administrator, sebagai pemimpin, sebagai supevisor pendidikan. Untuk mendayagunakan sumber daya TPQ, maka dibutuhkan ketrampilan manajerial. Terdapat tiga bidang ketrampilan manajerial yang perlu dikuasai oleh kepala TPQ yaitu, ketrampilan konseptual (conceptual skill), ketrampilan hubungan manusia (human skill), ketrampilan teknik (technical skill). Ketiga ketrampilan manajerial tersebut diperlukan untuk melaksanakan tugas manajerial secara efektif, meskipun penerapan masing-masing ketrampilan tersebut tergantung pada tingkatan manajer dalam organisasi.
3.    Upaya Pengembangan Kurikulum TPQ
a.    Konsep Pengembangan Kurikulum
Pengembangan Kurikulum merupakan bagian yang penting dari program pendidikan. Sasaran yang ingin dicapai bukanlah semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Konsep pengembangan kurikulum dapat diartikan dari dua jenis proses, yakni pengembangan dalam arti perekayasaan (engineering) dan pengembangan dalam arti konstruksi. Proses pengembangan dalam arti pertama, terdiri dari empat tahap ialah menentukan fondasi yakni dasar-dasar yang diperlukan untuk mengemabangkan kurikulum; konstruksi ialah mengembalikan model kurikulum yang diharapkan berdasarkan fondasi tersebut; implementasi ialah pelaksanaan kurikulum; dan evaluasi ialah menilai kurikulum secara komprehensif dan sistemik.
Proses pengembangan kurikulum dalam arti yang kedua, yakni proses pengembangan secara mikro, yang pada garis besarnya melalui proses 4 kegiatan, yakni merancang tujuan, merumuskan materi, menetapkan metode, dan merancang evaluasi
Pengembangan kurikulum berlandaskan manajemen, berarti melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum berdasarkan pola pikir manajemen, atau berdasarkan proses manajemen dengan fungsi-fungsi manajemen, yang terdiri dari: Pertama, Perencanaan kurikulum, yang dirancang berdasarkan analisis kebutuhan, menggunakan model tertentu dan mengacu pada suatu desain kurikulum yang efektif. Kedua, Pengorganisasian kurikulum yang ditata baik secara struktural maupun secara fungsional. Ketiga, Implementasi yakni pelaksanaan kurikulum di lapangan. Keempat, Ketenagaan dalam pengembangan kurikulum. Kelima, Kontrol kurikulum yang mencakup evaluasi kurikulum. Keenam, Mekanisme pengembangan kurikulum secara menyeluruh.
b.    Asas-asas Pengembangan Kurikulum TPQ
1)    Asas Orientasi dan Konsistensi pada tujuan
Tujuan adalah komponen pertama dalam kurikulum. Keharusan orientasi pada tujuan serta konsistensi dalam mencapainya adalah ibarat orang yang mau melakukan peralanan, yaitu pentingnya menetapkan tujuan terlebih dahulu. Perjalana tapatjuan atau tanpa tujuan yang jelas adalah perjalanan sia-sia atau perjalanan tak menentu. Tujuan yang digariskan dalam kurikulum TK/ TPQ secara sturuktural bertitik tolak dari tujuan  yag sifatnya global (garis besar) yaitu tuuan pendidikan nasional, lalu diciutkan ke tingkat tujuan kelembagaan/ institusional, tujuan pembelajaran umum (TPU). Selanjutnya guru harus mengembangkannyake tingkat tujuan yang lebih spesifik yaitu tujuan pembelajaran khusus (TBK).
2)    Asas Kesinambungan
Program pengajaran dalam TK/ TPQ disusun dalam bentuk paket. Paket pengajaran tersebut secara umum dikelompokkan ke dalam dua paket, yaitu paket A dan paket B. Dan tiap paket terdiri dari tiga kelompok materi, yaitu materi pokok, materi penunjang dan muatan lokal. Hal ini menjadi acuan dasar dalam mengembangkan asas kesinambungan. Kesinambungan adalah suatu proses berkelanjutan dan satu tahap pencapaian pengalaman belajar ke tahap berikutnya, baik klasikal maupun secara individual yang dipandu oleh guru secara insentif.
3)    Asas Keterpaduan
Asas keterpaduan ini menyangkut dua hal. Pertama keterpaduan dalam peyelenggaraan pendidikan dan pengajara anak, yaitu keterpaduan antar kegiatan di sekolah, di rumah, di lingkungan masyarakat. Kedua, keterpaduan dalam upaya mencapai tiga aspek pendidikan dalam individu anak, yaitu keterpaduan antara aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap (afektif), dan aspek ketrampilan (psikomotor). Untuk mewujudkan keterpaduan diantara tiga ligkungan pendidikan (di sekolah, rumah, masyarakat) harus dikondisikan dengan  cara menjalin hubungan kerjasama yang baik diantara figur-figur yang berperan di dalamnya, yaitu kepala TK/TPQ, guru, pihak orang tua dan masyarakat agar dapat memberikan pengawasan dan bimbingan khusus di rumahnya masing-masing, terutama menyangkut aspek sikap dan pengembangan prilaku anak, termasuk segi pembiasaan sholat, mengaji al-Qur'an, dan pembiasaan do'a sehari-hari.
4)    Asas Keluwesan
Keluwesan adalah termasuk prinsip yag logis dalam mengembangkan kurikulum karena kurikulum adalah merupakan program pengajaran dalam bentuk garis-garis besar. Asas keluwesan ini memungkikan adanya penguanan , penambahan atau penyesuaian tertentu dari apa yang tersurat dalam kurikulum mengingat kondisi objektif di lingkungan TK/TPQ yang bersangkutan. Yang penting asas keluwesan tersebut tidaklah menyimpang  dari tujuan dan pola-pola umum yang telah digariskan. Untuk itu guru harus memahami keseluruhan kurikulum yang berlaku dan menyesuaikannya dengan tingkat perkembangan yang ia hadapi di lingkungan unit kerjanya. 
5)    Asas Efisiensi dan Efektivitas
Efisiensi adalah pendayagunaan segala sarana yang tersedia, termasuk penggunaan tenaga, waktu, dan dana secara hemat dan tepat guna. Dengan begitu seluruh program kegiatan belajar diharapkan dapat berjalan dengan tertib dan berhasil guna (efektif) dengan bukti keberhasilan yang bermutu. Efisiensi berkaitan dengan proses belajar mengajar sedangkan efektivitas berkaitan dengan hasil belajar (out put) yang mau dicapai.


c.    Mekanisme Pengembangan Kurikulum
Tahap 1: Studi kelayakan dan kebutuhan
Pengembangan kurikulum melekukan kegiatan analisis kebutuhan program dan merumuskan dasar-dasar pertimbangan bagi pengembangan kurikulum tersebut. Untuk itu si pengembang perlu melakukan studi dokumentasi dan/ atau studi lapangan.
Tahap 2: Penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum
Konsep awal ini dirumuskan berdasarkan rumusan kemampuan, selanjutnya merumuskan tujuan, isi, strategi pembelajaran sesuai dengan pola kurikulum sistemik.
Tahap 3: Pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum
Penyusunan rencana ini mencakup penyusunan silabus, pengembangan bahan pelajaran dan sumber-sumber material lainnya.
Tahap 4: Pelaksanaan uji coba kurikulum di lapangan
Pengujian kurikulum di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keandalannya, kemungkinan pelaksanaan dan keberhasilannya, hambatan dan masalah-masalah yang timbul dan faktor-faktor pendukung yang tersedia, dan lain-lain yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum.
Tahap 5: Pelaksanaan kurikulum
Ada 2 kegiatan yang perlu dilakukan, ialah:
1.    Kegiatan desiminasi, yakni pelaksanaan kurikulum dalam lingkup sample yang lebih luas.
2.    Pelaksanaan kurikulum secara menyeluruh yang mencakup semua satuan pendidikan pada jenjang yang sama.
Tahap 6: Pelakasanaan penilaian dan pemantauan kurikulum
Selama pelaksanaan kurikulum perlu dilakukan penilaian dan pemantauan yang berkenaan dengan desain kurikulum dan hasil pelaksanaan kurikulum serta dampaknya.
Tahap 7: Pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian
Berdasarkan penilaian dan pemantauan kurikulum diperoleh data dan informasi yang akurat, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan pada kurikulum tersebut bila diperlukan, atau melakukan penyesuaian kurikulum dengan keadaan. Perbaikan dilakukan terhadap beberapa aspek dalam kurikulum tersebut.