Hidup Mandiri

Pemuda Deunong Love Valentine's Day Pumping Heart

Kamis, 08 September 2016

Sistem Informasi TKA-TPA/ BADKO TKA-TPA GAMPONG DEUNONG


TPA TGK MEURAH
 
Taman Pendidikan Al Qur’an atau yang disingkat TPA merupakan salah satu wadah untuk mengajarkan membaca dan menulis Al Qur’an kepada anak-anak sejak dalam usia dini. Disamping itu juga TPA berperan penting dalam membentuk akhlak islamiah serta membentuk kepribadian anak. Dengan demikian peran TPA sangatlah penting. Dengan adanya TPA dapat melengkapi pendidikan yang diperoleh anak didik dibangku sekolah (pendidikan formal).

Berdasarkan laporan Bidang Humas Informasi diketahui bahwa di Gampong Deunong sendiri sekitar 40-an Unit TPA dengan beragam aktivitasnya dan beragam keberadaanya. Kondisi masing-masing unit inipun berbeda antara satu dengan yang lainnya. Baik dari sisi administrasinya, sarana prasarana pendukung, atau bahkan jumlah pengajar yang ada. Sehingga pengurus tak henti-hentinya menagajak seluruh komponen masyarakat dan lembaga ditingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten.untuk bersama mendukung kegiatan TPA tersebut.

Di bidang Litbang Data, persoalan yang menjadi tantangan di BADKO TKA-TPA Gampong Deunong adalah belum cepatnya penyajian informasi data unit TKA-TPA. Karena selama ini masih dalam bentuk hardfile yang tidak praktis serta sering tidak terawat dan hilang. Padahal informasi tersebut sangat dibutuhkan untuk tindakan Supervisi.

Supervisi adalah keseluruhan usaha yang bersifat pembinaan bagi seluruh proses pengelolaan di TKA-TPA untu mengembangkan situasi dan kondisi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang lebih baik. Supervisi yang dimaksudkan disini bukan inspeksi yang merasa serba tahu (superior) terhadap yang dianggap belum tahu, namun yang dimaksud adalah supervisi dalam bentuk silaturahim dan sekaligus memberikan bimbingan yang mengacu pada pembinaan untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar secara optimal.

Dengan adanya sistem informasi data TKA-TPA Gampong Deunong yang dapat diaplikasikan diharapkan menjadi sarana unyuk rekam data TKA-TPA Gampong Deunong. Dengan mengakses data-data yang dibutuhkan oleh pengurus maupun pihak-pihak terkait, sistem informasi data TKA-TPA ini dapat memenuhi kebutuhan informasi yang lebih berkualitas.



PENGEMBANGAN TAMAN PENDIDIKAN AL’QURAN TPA TGK MEURAH SEBAGAI PENDIDIKAN BERBASIS KEAGAMAAN

A. Konsep dan latar belakang pengembangan TPA Tgk. Meurah.
Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat. ( UU No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS )
Masyarakat melahirkan beberapa lembaga pendidikan nonformal sebagai bentuk tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan . Masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang terikat oleh kesatuan bangsa, negara, kebudayaan, dan agama. Setiap masyarakat, memiliki cita-cita yang diwujudkan melalui peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Islam tidak membebaskan manusia dari tanggungjawabnya sebagai anggota masyarakat, dia merupakan bagian yang integral sehingga harus tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Begitu juga dengan tanggungjawabnya dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan.
Adanya tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan, maka masyarakat akan menyelanggarakan kegiatan pendidikan yang dikategorikan sebagai lembaga pendidikan nonformal. Sebagai lembaga pendidikan non formal, masyarakat menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. Meskipun demikian, lembaga-lembaga tersebut juga memerlukan pengelolaan yang profesional dalam suatu organisasi dengan manajemen yang baik.
Menurut an-Nahlawi, tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan tersebut hendaknya melakukan beberapa hal, yaitu: pertama, menyadari bahwa Allah menjadikan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan dan pelarang kemungkaran (Qs. Ali Imran/3: 104); kedua, dalam masyarakat Islam seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga di antara saling perhatian dalam mendidik anak-anak yang ada di lingkungan mereka sebagaimana mereka mendidik anak sendiri; ketiga, jika ada orang yang berbuat jahat, maka masyarakat turut menghadapinya dengan menegakkan hukum yang berlaku, termasuk adanya ancaman, hukuman, dan kekerasan lain dengan cara yang terdidik; keempat, masyarakat pun dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikoitan, atau pemutusan hubungan kemasyarakatan sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Nabi; dan kelima, pendidikan kemasyarakatan dapat dilakukan melalui kerja sama yang utuh karena masyarakat muslim adalah masyarakat yang padu.
Berpijak dari tanggung jawab tersebut, maka lahirlah berbagai bentuk pendidikan kemasyarakatan, seperti masjid, surau, TPA, wirid remaja, kursus-kursus keislaman, pembinaan rohani, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah memberikan kontribusi dalam pendidikan yang ada di sekitarnya.
TPA Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA)Tgk. Meurah merupakan sebuah lembaga pendidikan luar sekolah yang menitikberatkan pengajaran pada pembelajaran membaca Al Qur’an dengan muatan tambahan yang berorientasi pada pembentukan akhlak dan kepribadian islamiah.
B. Manfaat TPA Tgk. Meurah di masyarakat.
1. Menciptakan generasi islam yang taat beribadah dan berakhlak mulia.
2. Memakmurkan masjid.
3. Menanankan nilai- nilai budi pekerti yang baik dengan meneladani Rasulullah dan para sahabatnya.
4. Membentuk masyarakat yang Qurani.
5. Menanamkan nilai moral dan budi pekerti pada generasi muda.
6. Memperdalam pengetahuan keagamaan di masyarakat.
7. Membantu pemerintah dalam mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat.
C. Langkah- langkah Pengembangan Taman pendididkan Al’Quran Tgk. Meurah ( TPA ) sebagai Pendidikan Berbasis Keagamaan
1. Menetapkan tujuan dan fungsi.
a. Tujuan
Secara umum tujuan Tempat Pendidikan Al Qur’an Tgk. Meurah adalah untuk menciptakan generasi muda yang beriman , berakhlak mulia, cerdas dan mandiri.
Secara khusus tujuan Tempat Pendidikan Al Qur’an TPA Tgk. Meurah adalah untuk mengembangkan potensi yang berkaitan dengan:
1. Memberikan wadah pendidikan yang berbasis Islam, khususnya pendidikan Al Qur’an untuk warga setempat.
2. Berusaha untuk meningkatkan dan memberikan pendidikan kepada masyarakat umum untuk dapat memperoleh pendidikan agama yang layak.
3. Mengajarkan cara membaca Al Qur’an yang benar sesuai dengan tajwid kepada para santri.
4. Diharapkan santri dapat menghafal dan mengamalkan sejumlah ayat-ayat pilihan, surat- surat pendek dan do’a harian.
5. Para santri diajarkan gerakan- gerakan wudhu serta sholat, sehingga anak- anak dapat melaksanakan wudhu dan sholat dengan baik dan benar.
6. Menanankan nilai- nilai budi pekerti yang baik dengan meneladani Rasulullah dan para sahabatnya.
b. Fungsi
Sedangkan fungsi dari TPA  Tgk. Meurah antara lain:
1. Mengembangkan seluruh potensi anak sejak usia dini dalam rangka mewujudkan pendidikan anak seutuhnya sehingga nantinya terbangun generasi ideal masa depan yang beriman, berakhlak mulia, cerdas dan mandiri.
2. Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan serta mengembangkan life skills.
2. Menetapkan sasaran.
Sasaran dari pengembangan TPA Tgk. Meurah adalah anak – anak usia dini sampai remaja di lingkungan masyarakat sekitar, umumnya usia 4 – 15 tahun.
3. Menetapkan kriteteria kegiatan.
a Kegiatan yang bersifat edukatif.
b Kegiatan dengan penekanan pada pengetahuan agama (baca tulis Al Qur’an, Keimanan, Akhlak, dan lain-lain).
c Kegiatan pengembangan potensi anak.
4. Membuat proposal kegiatan.
a. Tahap Perencanaan
1) Menampung aspirasi warga sekitar secara lisan.
2) Mempersiapkan jadwal tahapan pendirian TPA.
3) Melakukan komunikasi dengan Konsultan Pendidikan.
4) Melakukan pembekalan kepada Panitia tentang mekanisme pendirian dan pelaksanaan TPA.
c. Pelaksanaan
1) Rapat pembentukan panitia pendirian TPA berikut susunan kepengurusan TPA.
2) Trainning pembinaan untuk panitia pendirian TPA oleh Konselor Pendidikan.
3) Minta ijin Ketua RT setempat dan manajemen perusahaan.
4) Membuat dan menyebarkan angket ke warga dalam rangka. mengetahui animo masyarakat dan persiapan penyusunan kurikulum.
5) Menyusun dan mengajukan Proposal perijinan ke aparat pemerintah dan perusahaan.
6) Persiapan tempat kegiatan TPA dan keperluan administratif (Logo TPA, Kop Surat, Stempel, Papan Nama, Spanduk, dan lain-lain).
7) Sosialisasi secara terbuka.
8) Menyusun dan menyebarkan formulir pendaftaran.
9) Penyusunan kurikulum kegiatan TPA beserta silabus.
10) Persiapan dan seleksi tenaga pendidik.
11) Persiapan modul dan buku penunjang.
12) Tentir pendidik oleh konselor.
13) Seleksi pendaftaran calon santri.
14) Pembukaan dan pelaksanaan kegiatan TPA.
5. Rancangan Pengontrolan dan Evaluasi
Dalam pelaksanaan kegiatan TPA Tgk. Meurah, perlu adanya pengontrolan, pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh pengurus, masyarakat, dan konselor sehingga diharapkan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
a. Pengontrolan.
1) Kegiatan.
a). Berjalannya kurikulum dan silabus sesuai dengan tujuan.
b). Berjalannya agenda kegiatan santri.
c). Pengotrolan terhadap kehadiran tenaga pendidik maupun santri.
d). FOS (Forum Orangtua Santri).
2) Administrasi.
a). Buku Besar kegiatan TPA.
b). Dokumentasi kegiatan TPA.
3) Keuangan.
a). Sistem pencatatan keuangan.
b). Pengontrolan dilakukan oleh Pengurus dan DKM, Masyarakat (sistem secara transparan)
b. Evaluasi
Evaluasi kegiatan TPA Tgk. Meurah dilakukan secara bertahap dan berkala. Hasil kegiatan akan diukur dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya sehingga dapat digunakan sebagai titik tolak dalam pengembangan selanjutnya. Sedangkan evaluasi keuangan dilakukan oleh bendahara dan pengurus untuk kemudian dipertanggungjawabkan kepada pihak yang terkait.
6. Membuat Proposal Biaya.
TPA Tgk. Meurah merupakan bentuk pendidikan anak usia dini yang berbasis Islami. Lama pendidikan TPA Tgk. Meurah adalah 1 (satu) tahun atau 2 (dua) tahun sesuai dengan usia anak. Program kegiatan TPA Tgk. Meurah yang digunakan berpedoman pada kurikulum yang berlaku atau sesuai dengan kebutuhan.
TPA Tgk. Meurah menekankan pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan dan kondisi masyarakat. Prinsip pembelajaran TPA adalah bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.

Untuk dapat terlaksananya semua itu, dibutuhkan:
a. Sarana dan prasarana.
antara lain : tempat, ruang belajar, ruang penunjang, ruang kantor, perpustakaan, Gudang,tempat dan alat bermain, kursi dan meja belajar,almari, buku perpustakaan, komputer dan lain- lain.
b. Ketenagaan,
antara lain : ustad atau ustadzah, pengurus, dan lain- lain.
c. Administrasi dan Manajemen TPA.
d. Peran serta orang tua dan masyarakat.
Dalam mewujudkan kebutuhan tersebut, maka diperlukan biaya yang dapat menopang kegiatan di atas. Yang diharapkan bersumber dari:
a. Iuran tetap bulanan santri.
b. Sumbangan dari DKM.
c. Sumbangan dari perusahaan.
d. Sumbangan dari masyarakat.
7. Mengajukan proposal.
Proposal diajukan kepada pihak yang bersangkutan, baik untuk ijin ataupun untuk meminta bantuan atau donatur.
D. Kendala mengembangkan TPA dan solusi untuk mengatasinya.
1. Kurangnya minat pada masyarakat untuk mengikutsertakan anaknya belajar di TPA.
Tidak jarang orang tua yang enggan mengikutsertakan anaknya untuk mengikuti pendidikan di TPA karena para orang tua beranggapan kalau pendidikan di TPA hanya mengganggu sekolah atau belajar anak- anaknya saja.
Berkaitan dengan itu maka pengurus sebaiknya mensosialisasikan tentang pentingnya pendidikan berbasis agama ( TPA ) untuk menjadikan anak- anak mereka menjadi generasi penerus bangsa yang berilmu dan berakhlak mulia.
2. Masyarakat lebih mengutamakan pendidikan formal.
Dewasa ini yang merajai pendidikan adalah pendidikan formal, masyarakat cenderung tertarik untuk menyekolahkan anak- anaknya pada jalur formal saja dan menomorduakan jalur pendidikan non formal, padahal keduanya sama- sama penting.
Solusi untuk mengatasinya dengan cara mensosialisasikan pada masyarakat tentang pentingnya pendidikan non formal ( TPA ) pada anak, dan memberikan peranan yang signifikan bagi masyarakat, sehingga dapat menarik masyarakat untuk mengikutinya.
3. Sebagian masyarakat lebih mementingkan bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi daripada agama.
Sekarang ini banyak lembaga pendidikan non formal yang berkembangan di masyarakat, contohnya : Bimbingan belajar, Tempat kursus komputer, bahasa Inggris dan lain- lain. Masyarakat lebih memilih pendidikan non formal semacam itu dibandingakan dengan pendidikan non formal berbasis keagamaan.
Solusinya adalah menyadarkan masyarakat bahwa ilmu pengetahuan dan tekhnologi tidak ada artinya tanpa diimbangi dengan akhlak yang mulia, kita sebagai makhluk beragama tidak akan lepas dari kebutuhan spiritual.
4. Masalah dana , kepengurusan , dan administrasi TPA.
Dalam suatu lembaga tentunya dibutuhkan kepengurusan yang solid, administrasi yang baik, dan dana yang cukup agar lembaga tersebut dapat berkembang dengan baik dan mencapai tujuan yang ingin diharapkan.Berkenaan dengan ini dalam kepengurusan TPA mengalami kendala berkaitan dengan masalah di atas. Misalnya : Kekurangan dana akibat dana yang diperoleh hanya dari sukarelawan tertentu, masalah kepengurusan yang kurang solid dikarenakan kurang kompetennya para pengurus, dan kurang tertibnya administrasi.
Berkenaan dengan masalah di atas sebaiknya pemerintah setempat memberikan pelatian, training atau pendidikan pada pengurus TPA berkenaan dengan masalah kepengurusan dan administrasi. Untuk mendpatkan dana yang diperlukan dapat dengan mengajukan proposal pada berbagai pihak yang ingin memberikan sumbangan atau donatur demi berkembangnya TPA.
5. Kurangnya tenaga pengajar yang kompeten di masyarakat.
Kebanyakan tenaga pengajar dalam TPA hanya berasal dari masyarakat yang sukarela mendedikasikan dirinya, walaupun belum diketahui kompetensi yang dimilikinya.
Untuk mengatasi masalah di atas banyak hal yang dapat dilakukan misalnya mendatangkan guru pengajar yang berkompeten dalam bidang keagamaan, memberikan pelatihan dan pendidikan pada para pengajar yang sudah ada agar mereka dapat mengoptimalkan kompetensinya.

Strategi Pembelajaran Iqra' Pada Anak TPA TGK. MEURAH

Mengajar merupakan pekerjaan yang tidak mudah bagi sebagian besar orang. Terutama jika yang diberi pengajaran adalah anak-anak sementara yang mengajar adalah remaja. Anak-anak mempunyai kecenderungan untuk takut kepada orang yang usianya jauh lebih tua daripada mereka. Dan sebaliknya, kepada orang yang terlihat masih muda, apalagi remaja, anak-anak cenderung tidak mempunyai rasa takut. Bahkan mereka menganggap guru yang usianya masih muda seperti teman sebaya mereka. Anak-anak tidak akan merasa takut berhadapan dengan remaja seperti takutnya mereka berhadapan dengan guru yang sudah tua.
Kesulitan mengajar juga dirasakan oleh guru maupun ustadz/ustadzah baru. Kebanyakan siswa maupun santri tidak begitu takut atau segan dengan guru baru. Hal ini membuat proses pembelajaran mungkin terhambat, karena sering kali apa yang dikatakan oleh guru/ustad/ustadzah tidak begitu dihiraukan. Selain itu banyak pengajar maupun ustadz/ustadzah yang belum mengerti betul mengenai bagaimana strategi mengajar yang baik agar proses belajar mengajar bisa berjalan efektif, efisien, serta menyenangkan bagi anak-anak. Oleh karena itu penelitian ini dirasakan cukup penting untuk dilakukan dengan harapan hasil penelitian ini dapat memberikan solusi atas permasalahan di atas.
  1. B.     RUMUSAN MASALAH
Melihat beberapa masalah di atas, maka dapat disimpulkan beberapa masalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana perkembangan psikologis anak usia TK-SD?
  2. Bagaimana implementasi masing-masing metode?
  3. Metode apakah yang paling efektif untuk mengajarkan iqro’ di TPA?

  1. C.    TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
  1. Ingin mengkaji perkembangan psikologis anak usia TK-SD.
  2. Untuk menganalisis apa saja faktor yang menyebabkan anak-anak menjadi patuh.
  3. Agar mengetahui strategi pengajaran yang efektif.

  1. D.    MANFAAT PENELITIAN
    1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan iqra’ bagi anak-anak TPA (Taman Pendidikan Al-qur’an).
  1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan arahan bagi para pengajar pada umumnya dan ustadz/ ustadzah TPA pada khususnya mengenai bagaimana seharusnya cara mendidik serta mendampingi anak-anak sehingga kegiatan pengajaran berjalan efektif dan menyenangkan.

  1. E.     LANDASAN TEORITIK
    1. a.      Pengertian Pengajaran
Pengajaran berasal dari kata Didaskeindidasko (bahasa Yunani), yakni perbuatan atau aktivitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan dan kecakapan lain pada orang lain.
  1. b.      Pengertian Pengajar/ Pendidik
Pendidik adalah orang atau manusia yang melakukan aktivitas untuk menumbuhkan atau memancing kecakapan yang dimiliki manusia lain.
  1. c.       Tujuan Mengajar TPA
Pengajar TPA harus memiliki tujuan atau motivasi yang menyebabkan mereka bersedia untuk mengajar TPA. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa tujuan atau motivasi ustadz/ ustadzah mengajar TPA, yaitu:
  1. Adanya keinginan para ustadz/ustadzah TPA untuk mengamalkan ilmu yang telah mereka miliki kepada para santrinya.
  2. Adanya keinginan para ustadz/ustadzah TPA untuk belajar bagaimana cara mengajar anak serta cara menjadi orang tua yang baik.
  3. Keinginan untuk mencari ridho Allah SWT.
  4. Ingin belajar mengenal karakter anak.
  5. Ingin menambah pengalaman.
  6. Ingin mewujudkan generasi rabbani.
  7. Kegiatan mengajar di TPA dijadikan sebagai ladang beramal.
  8. Belajar menumbuhkan sifat sabar.
  9. Ingin melatih rasa percaya diri serta berinteraksi sosial dengan baik.
  10. Melatih kreatifitas.
  11. Memanfaatkan waktu luang.
  12. Menyegarkan otak dengan bermain bersama anak-anak.

  1. d.      Kepribadian Pengajar TPA
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) maka para pengajar TPA harus memiliki kepribadian sebagai berikut:
  1. Sabar dan telaten
  2. Supel dan cerewet
  3. Periang dan selalu ceria
  4. Kreatif dan inovatif
  5. Berakhlaq baik serta mampu menjadi teladan
  6. Penyayang
  7. Ramah dan lembut
  8. Ikhlas
  9. Memiliki semangat mengajar yang tinggi
  10. Istiqamah
  11. Mengerti dunia anak
  12. Tegas
  13. Disiplin dan tertib
  14. Smart/cerdas
  15. Selalu mencari tambahan ilmu
  16. Mampu menjadi motivator bagi anak

  1. e.       Kegiatan Yang Disukai Anak
Kegiatan mengaji harus diselengi dengan bebrapa kegiatan lain agar tidak monoton sehingga membuat anak menjadi jenuh dan bosan dalam belajar mengaji. Untuk itu para pengajar TPA perlu mengetahui beberapa kegiatan yang disukai anak selain kegiatan mengaji. Beberapa kegiatan penunjang TPA yang disukai oleh anak-anak sekaligus dapat mendukung proses pembelajaran ialah sebagai berikut:
  1. Menggambar dan mewarnai
  2. Cerita atau dongeng islami
  3. Permainan yang mengandung pelajaran
  4. Jalan-jalan
  5. Menyanyi
  6. Bermain tebak-tebakan
  7. Menulis
  8. Membuat kaligrafi
  9. Berbagai macam tepuk tangan
  10. Tadabbur alam
  11. Out bond

  1. f.       Suasana Belajar yang Menyenangkan
Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi anak sangat berpengaruh bagi keberhasilan pembelajaran. Suasana belajar yang menyenangkan dapat terwujud dengan beberapa hal, yaitu:
  1. Menciptakan ruang dan suasana belajar yang nyaman. Sebisa mungkin pengajar TPA membuat suasana belajar tidak tegang tapi juga tidak terlalu santai.
  2. Hendaknya ustadz/ustadzah memperbanyak interaksi dengan anak.
  3. Hendaknya ustadz/ustadzah mengusahakan agar tidak mudah marah ketika menghadapi anak.
  4. Ustadz/ustadzah harus kreatif melebihi anak dalam membuat inovasi pembelajaran di TPA.
  5. Hendaknya ustadz/ustadzah mengajak anak-anak bernyanyi sebagai selingan kegiatan.
  6. Hendaknya ustadz/ustadzah memberikan cerita dan mendongeng yang mengandung nilai-nilai keislaman.
  7. Hendaknya ustadz/ustadzah mengajari anak-anak bermacam tepuk tangan untuk memotivasi mereka.
  8. Mengadakan permainan yang mengandung pembelajaran/ permainan mendidik.
  9. Memberikan fasilitas yang mendukung, seperti puzzle dan alat peraga lainnya.
  10. Mendengarkan keluhan dan cerita mereka walau tidak harus dituruti.
  11. Memberikan tebak-tebakan.

  1. g.      Cara Menumbuhkan Rasa Segan Anak pada Pengajar
Anak-anak akan lebih mudah diatur dan menuruti perintah ustadz/ustadzah apabila mereka memiliki rasa segan dan hormat pada ustadz/ustadzahnya. Sebaliknya, jika anak-anak sudah tidak menghormati ataupun tidak segan pada ustadz/ustadzah maka apa yang disampaikan oleh mereka cenderung tidak didengarkan, bahkan diabaikan. Berikut ini cara untuk menumbuhkan rasa segan anak kepada ustadz/ustadzah adalah:
  1. Ustadz/ustadzah menunjukkan sikap bersahabat kepada anak namun tetap tegas kepada mereka.
  2. Ustadz/ustadzah hendaknya sabar dan perhatian terhadap anak-anak.
  3. Hendaknya Ustadz/ustadzah berusaha selalu berpenampilan rapi ketika mengajar.
  4. Ustadz/ustadzah memiliki sifat ramah terhadap anak.
  5. Hendaknya Ustadz/ustadzah berusaha menyayangi anak-anak.
  6. Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha menjaga wibawa di hadapan anak-anak.
  7. Hendaknya ustadz/ustadzah berusaha memberi teladan yang baik kepada anak-anak dan memberi yang terbaik dalam mengajar.
  8. Hendaknya ustadz/ustadzah sesekali menuruti kemauan anak selama hal itu positif.
  9. Hendaknya ustadz/ustadzah berusaha memberi penjelasan tentang saling menghormati (ta’zhim).

  1. h.      Kiat Menghadapi Anak yang Rewel atau Tidak Patuh
Di bawah ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh ustadz/ustadzah untuk menghadapi anak yang rewel atau tidak patuh:
  1. Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha sabar, tidak mudah emosi atau marah.
  2. Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha mengerti kondisi anak dengan cara melakukan pendekatan, menulusuri latar belakang keluarganya maupun pergaulan sehari-harinya.
  3. Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha memperlihatkan sikap tenang, tetap tersenyum pada dan berusaha menghibur anak.
  4. Mengajak anak untuk bernyanyi, melakukan permainan dan memberikan tebak-tebakan
  5. Memberi hadiah bagi yang tenang, patuh dan rajin.
  6. Tidak terlalu memanja anak, harus menunjukkan sikap tegas.
  7. Menggunakan hati atau perasaan dalam mendekati anak.
  8. Memberikan perhatian lebih.
  9. Mengajak santri yang lebih besar untuk membantu menertibkan anak yang rewel atau tidak patuh.
  10. Menyentuh mereka dengan kata-kata yang lembut.
  11. Memberikan penjelasan sesuai logika mereka (Logika anak-anak tentu berbeda dengan logika orang yang sudah dewasa).
  12. Memberikan cerita dengan tema sesuai dengan tingkah lakunya agar anak tersebut sadar dengan akibat dari perbautannya.

  1. i.        Strategi Menumbuhkan Kerajinan Anak
Di bawah ini ialah beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi anak agar rajin mengaji ataupun mengikuti kegiatan TPA:
  1. Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha menggunakan cara mengajar yang tidak monoton dan ada inovasi dalam pembelajaran.
  2. Ada hadiah dan hukuman yang seimbang dari ustadz/ustadzah dalam kegiatan TPA.
  3. Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha memberi nasihat kepada anak-anak dengan cerita-cerita islami yang menggugah.
  4. Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha menguatkan motivasi pada diri sendiri sebelum memotivasi anak.
  5. Membuat anak-anak bersahabat dengan pengajar.
  6. Membuat anak-anak rindu pada pengajar dengan cara selalu senyum dan selalu memberikan perhatian.
  7. Menjadikan TPA sebagai tempat belajar yang menyenangkan.
  8. Menjelaskan tujuan ngaji dan manfaatnya.


  1. F.     METODE PENELITIAN
    1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian “Strategi Pembelajaran Iqro’” ini dilakukan di TPA Baiturrahman, dusun Tundan Tamantirto, Kec. Kasihan Kab. Bantul Yogyakarta. Waktu penelitian yang dilakukan adalah selama beberapa bulan dengan cara mengajar anak TPA secara langsung dan memberikan beberapa pertanyan kepada pengajar TPA.
  1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Deskripsi analisis ini dititikberatkan pada bagaimana strategi efektif dalam mengajar anak-anak TPA.
  1. Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah anak-anak TPA Baiturrahman serta para pengajarnya.
  1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara observasi secara langsung ke TPA Baiturrahman serta dengan memberikan blangko pertanyaan kepada para pengajar TPA Baiturrahman.
  1. Metode Analisa Data
Proses menganalisis data, penulis menggunakan metode:
  1. Metode deskriptif
Metode deskriptif adalah metode yang membahhas obyek penelitian secara apa adanya berdasar data-data yang diperoleh.


–          SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Bab 1 adalah bab pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,…..sampai metopen.
Bab 2 menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi sejarah, struktur kepemimpinan, kondisi sosial budaya masyarakat …
Bab 3 berisi analisis dan pembahasan yang meliputi,,,,,,(sesuai rumusan masalah di atas)
Bab 4 merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

LAIN2:
–          DEFINISI MENGAJAR
–          DEFINISI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPA)
–          MENGAJAR IQRO’ DI TPA
–          MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN IQRO’
–          TARGET PEMBELAJARAN IQRO’ DI TPA
–          TANTANGAN MENGAJAR DI TPA
–          METODE PEMBELAJARAN IQRO’ YANG EFEKTIF
–          KIAT SUKSES MENGAJAR DI TPA

Pengertian Dan Tujuan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Menurut Ahli

TPA TGK. MEURAH

Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
Menurut Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushola Kota Gede Yogyakarta dalam As’ad dan Budiyanto (1995) mengemukakan pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) adalah lembaga pendidikan nonformal yang merupakan lembaga pendidikan baca Al-Qur’an untuk usia SD (6-12 tahun). Lembaga ini penyelenggaraannya ditangani oleh masyarakat Islam yang ada di wilayah tersebut.

Pada dasarnya lembaga ini terbagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan tingkat umur yaitu :
  • Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) untuk anak seusia TK (5-7 tahun)
  • Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) untuk anak seusia SD kelas satu sampai tiga (7-9 tahun)
  • Taman Bimbingan Islam dan Kreatifitas untuk anak yang berusia 10-12 tahun.
Untuk membina agar anak mempunyai sifat-sifat terpuji tidak hanya dengan pembiasaan-pembiasaan melakukan hal baik, dan menjauhi larangan-Nya. Dengan kebiasaan dan latihan akan membuat anak cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk.

2. Waktu dan Masa Pendidikan
Keberadaan TPA merupakan penunjang bagi pendidikan agama Islam pada Lembaga-lembaga pendidikan sekolah (TK-SD-MI) untuk itu penyelenggaraannya pada siang dan sore hari di luar jam sekolah. Sedang bagi lingkungan masyarakat yang memiliki Madrasah Diniyah pada jam-jam tersebut, maka TPA dapat dijadikan sebagai kegiatan “Pra Madrasah Diniyah”.

Lama Pendidikan satu tahun dan terbagi dalam dua semester. Tiap kali masuk TPA diperlukan waktu 60 menit.

3. Materi Pelajaran
Sesuai dengan tujuan dan targetnya, maka materi pelajaran dibedakan menjadi dua macam yaitu materi pokok dan materi tambahan. Yang dimaksud materi pokok adalah materi yang harus dikuasai benar oleh setiap santri dan dijadikan tolok ukur keberhasilan santri. Sebagai materi pokok santri adalah belajar membaca Al-Qur’an dengan menggunakan buku iqro’ jilid 1-6 (susunan Ustadz As Human). Bila santri telah menyelesaikan jilid 6 dengan baik, dapat dipastikan ia dapat membaca Al-Qur’an dengan benar. Untuk selanjutnya ia mulai belajar membaca Al-Qur’an.

Adapun materi tambahan adalah materi yang belum dijadikan syarat untuk menentukan lulus tidaknya santri tersebut (As’ad dan Budiyanto 1995:16). Sebagai materi tambahan adalah : Hafalan bacaan shalat dan prakteknya, hafalan doa sehari-hari, hafalan surat-surat pendek, hafalan kalimat thoyibah, bermain  cerita, ibadah,aqidah dan akhlak

4. Tujuan dan Target TPA
Kurikulum dan Pola Penyelenggaraan Pendidikan (KP3) Taman Pendidikan Al-Qur’an bertujuan :
  • Menyiapkan para santri agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang Qur’ani, mencintai Al-Qur’an sebagai pedoman dan pandangan hidup.
  • Sebagai lingkungan pergaulan yang sehat dan Islami, hal ini penting bagi perkembangan jiwa anak, utamanya dalam proses sosialisasi. 
  • Secara lebih khusus mulai membekali para santri dengan kemampuan berpikir kreatif, mengembangkan dan mengasah potensi kepemimpinan yang ada pada dirinya.
Sedang untuk mencapai tujuan di atas ditentukan target operasional yaitu:
  • Santri mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid
  • Santri mampu terbiasa melaksanakan shalat 5 waktu serta terbiasa hidup dengan adab-adab Islam sesuai dengan tingkat perkembangan jiwanya
  • Santri hafal doa sehari-hari, mengerti cara menulis huruf-huruf Al-Qur’an. 
  • Santri mengenal dan memahami dasar-dasar berfikir kreatif dan teknik ketrampilan kepemimpinan sesuai dangan tingkatnya.
5. Peranan TPA
Program pengelolaan TPA di Indonesia saat ini berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat dan berdasarkan LPTQ Tingkat Nasional No 1 tahun 1991 tertanggal 7 pebruari 1991 yang diresmikan oleh Menteri Agama pada waktu itu Bapak Munawir Syadzali pada tanggal 10 pebruari 1991.

TPA sebagai lembaga pendidikan nonformal yang mempunyai peran utama mengajarkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an juga sangat berperan bagi perkembangan jiwa anak seperti pengetahuan tentang ibadah, akidah, dan akhlak/akhlak. Mengingat bahwa materi yang diajarkan tidak hanya terpaku pada materi baca tulis Al-Qur’an melainkan juga memberikan materi tentang ibadah, aqidah, akhlak atau akhlak yang bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi pribadi yang Qur’ani dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya.

Terkait dengan hal ini, Muzayyin Arifin (2003:38) berpendapat bahwa dalam proses pemberdayaan umat manusia, adanya lembaga pendidikan dalam masyarakat merupakan syarat mutlak yang mempunyai tanggung jawab kultural-edukatif.

Selanjutnya Muzayyin Arifin, menyebutkan bahwa tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan dalam segala jenisnya, menurut pandangan Islam adalah berkaitan dengan usaha menyukseskan misi dalam tiga macam tuntutan hidup seorang muslim, yaitu sebagai berikut:
  • Pembebasan manusia dari ancaman api neraka.
  • Pembinaan umat manusia menjadi hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di akhirat sebagai realisasi cita-cita seseorang yang beriman dan bertakwa yang senantiasa memanjatkan doa sehari-hari.
  • Membentuk diri pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan dirinya kepada khaliknya. Keyakinan dan keimanannya berfungsi sebagai penyuluh terhadap akal budi yang sekaligus mendasari ilmu pengetahuannya.
Di atas dasar pandangan inilah lembaga-lembaga pendidikan Islam berpijak untuk mencapai cita yang ideal, yaitu bahwa idealitas Islam dijadikan elan vitale-nya (daya pokok) tanggung jawab kultural-edukatifnya. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa lembaga-lembaga pendidikan berkembang dalam masyarakat merupakan cermin dari idealitas umat (Islam).

Pendidikan Islam
Pengertian Pendidikan Islam
Menurut Tim Pengembangan IKIP dalam Kunaryo (1989: 5), Pendidikan adalah aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta ketrampilan-ketrampilan).

Ngalim Purwanto (2003: 10) mengatakan bahwa:
“Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rokhaninya ke arah kedewasaan. Dalam pergaulannya dengan anak-anak orang dewasa menyadari bahwa tindakannya yang dilakukan terhadap anak itu mengandung maksud, ada tujuan untuk menolong anak yang masih perlu ditolong untuk membentuk dirinya sendiri”.

Mortimer J. Adler dalam Arifin (2003: 13) mengartikan:
“Pendidikan adalah Proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik”.

Sedangkan Herman H. Horne berpendapat, Pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan sesama manusia, dengan tabiat tertinggi dari kosmos. (Arifin 2003: 13).

Dari beberapa pendapat tentang pendidikan, dapat dipastikan bahwa pendidikan itu tidak hanya menumbuhkan, melainkan mengembangkan ke arah tujuan akhir. Juga tidak hanya suatu proses yang sedang berlangsung, melainkan suatu proses yang berlangsung ke arah sasarannya. Dalam pengertian analisis, pendidikan pada hakikatnya adalah “membentuk” kemanusiaan dalam citra Tuhan.

Jika definisi-definisi yang telah disebutkan di atas dikaitkan dengan pengertian pendidikan Islam, akan diketahui bahwa, pendidikan Islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian perkembangan hidup manusia. 

Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Thouny Al-Syaebani dalam Arifin (2003:15) mengartikan bahwa: “Pendidikan Islam sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan “.

Pendapat lain mengenai pendidikan Islam, diungkapkan oleh Dr. Muhammad Fadil Al-Djamaly, dalam Arifin (2003:17) yaitu bahwa pendidikan Islam merupakan proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).

Sementara hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se- Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian Pendidikan Islam: “Sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”.

Dari uraian dan beberapa pendapat mengenai pengertian pendidikan dan pendidikan Islam di atas, dapat dikatakan bahwa pendidikan yang benar adalah yang memberikan kesempatan kepada keterbukaan terhadap pengaruh dari dunia luar dan perkembangan dari dalam diri anak didik. Oleh karena itu, pendidikan secara operasional mengandung dua aspek, yaitu menjaga atau memperbaiki dan aspek menumbuhkan atau membina.

Tujuan Pokok Pendidikan Islam
Ulama besar Umar Bin Khattab kepada para wali mengemukakan, “ Amma Ba’du ajarlah anak-anakmu berenang, mengendarai kuda, dan riwayatkan kepada mereka ibarat-ibarat yang baik, syair-syair yang indah.” Pernyataan tersebut mangandung pesan bahwa orang tua hendaknya memberikan pendidikan bagi anakanaknya tidak hanya pendidikan jasmani tetapi juga pendidikan bagi perkembangan jiwa dan akhlak. Hal ini sesuai dengan tujuan pokok Pendidikan Islam yaitu mendidik akhlak dan pendidikan jiwa.

Setiap muslim yang mukmin berkewajiban mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang baik dan benar, sehingga mereka tumbuh dewasa menjadi anak-anak yang saleh. Sementara saleh atau tidaknya anak-anak banyak tergantung pada bagaimana orang tua mendidik mereka.

Sabda Rasul SAW “Tiada seorang anakpun yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah (berakidah yang benar). Maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak itu beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Al Bukhari dan Muslim). Selanjutnya Hadist yang diriwayatkan oleh Imam At.Thirmidzi berbunyi :“Tidak ada hadiah yang lebih baik dari orang tua kepada anaknya, kecuali (pendidikan) moral yang baik” (HR. Imam At Tirmidzi).

Menurut John Loke dalam Ngalim Purwanto (2003:7) dengan teori tabularasanya mengemukakan bahwa, jiwa seorang anak yang baru dilahirkan seperti kertas putih, yang dapat ditulis menurut kehendak orang yang menulis.

Dari hal-hal tersebut di atas, terlihat bahwa pengalaman yang bersumber dari orang tua atau orang lain yang ditemui anak dalam pergaulan sehari-hari dapat menanamkan sikap dan nilai-nilai yang kemudian oleh anak dijadikan pedoman dalam hidup. Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dan utama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua serta cara hidupnya merupakan unsur-unsur pendidikan yang tak langsung. Dengan sendirinya masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.

Perkembangan agama anak ditentukan pendidikan dan pengalamannya terutama pada masa pertumbuhan dari usia 0 sampai 12 tahun. Latihan-latihan keagamaan yang menyangkut ibadah seperti sembahyang, membaca Al-Qur’an, menghafal ayat-ayat pendek, harus dibiasakan sejak dini.

Dalam Islam di dalam mendidik anak yang dimulai sejak lahir, orang tua harus memperhatikan pokok-pokok dasar ajaran sunah Rasul. 

Yang perlu sekali ditanamkan dalam mendidik anak adalah empat hal, yakni :
a. Akidah dan Agama
Cara yang ditempuh guna menumbuhsuburkan akidah yang ada dalam diri seorang anak adalah melalui tiga tahapan. Pertama melalui pemahaman; kedua melalui anjuran dan himbauan; ketiga melalui latihan membiasakan diri serta mengulang-ulang.

b. Ketaatan
Sikap ini merupakan bibit pertama yang harus dipupuk dalam jiwa anak didik dengan cara lembut dan perlahan-lahan. Untuk itu pendidik jangan sekali-kali memakai cara paksaan. Dalam hal ini pendidik harus bersikap sabar dan memahami sepenuhnya dunia psikologis anak didiknya.

c. Kejujuran
Sifat jujur merupakan tonggak akhlak yang mendasari bangunan pribadi yang benar bagi anak-anak. 

d. Amanah
Yang dimaksud di sini, sifat amanah mencakup segi pendengaran, pemindahan berita dan penggunaan mata (dari hal-hal yang dilarang). Termasuk dalam kategori amanat adalah amanat kekuasaan, hukum, dan tanggung jawab. Pengertian inilah yang lebih dekat kepada pemahaman dan jalan pikiran anak, yang karenanya perhatian kita terpusatkan untuk melatih, membiasakan serta memperluas wawasan anak.

e. Sifat Qanaah dan Ridha
Alangkah baiknya apabila dalam usia dini, seorang anak diperkuat perasaan keagamaannya, dan dipusatkan perhatiannya kepada akidah serta akhlak. Hal mana dimaksudkan agar dapat dilenyapkan pada diri anak hal-hal yang menyebabkan tumbuhnya rasa dengki, iri hati dan tamak. Diharapkan sifat tercela itu tidak akan tumbuh dalam kehidupan mereka di masa mendatang. Sifat qanaah dan ridha merupakan kunci kebahagiaan serta memberi ketenangan dalam berpikir.

Metode-Metode Pendidikan Anak
Agar pendidikan terhadap perkembangan anak dapat berjalan dengan baik, maka orang tua atau pendidik harus mempunyai metode/pedoman pendidikan yang berpengaruh dalam upaya mempersiapkan anak secara mental, moral, saintikal, spiritual dan sosial, sehingga anak tersebut mampu meraih puncak kesempurnaan, kedewasaan dan kematangan berpikir dan bertingkah laku.

Menurut M.D. Dahlan (1992: 1) paling tidak ada lima buah metode dalam mendidik anak, yaitu : 
  1. Pendidikan dengan keteladanan, 
  2. Pendidikan dengan adat kebiasaan, 
  3. Pendidikan dengan nasihat, 
  4. Pendidikan dengan pengawasan, 
  5. Pendidikan dengan hukuman.
Adapun secara rinci, penjelasan metode pendidikan terhadap anak tersebut di atas adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan dengan Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secar moral, spiritual, dan sosial. Sebab, seorangn pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru.

Keteladanan merupakan faktor penentu baik buruknya anak didik. Semua keteladanan akan melekat pada diri dan perasaan anak, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, inderawi maupun spiritual.

b. Pendidikan dengan adat kebiasaan
Adat kebiasaan/pembiasaan adalah salah satu metode pendidikan yang penting sekali, terutama bagi anak-anak. Anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan jalan membiasakannya dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam keluarga, di sekolah dan juga masyarakat.

Pembiasaan yang baik penting artinya bagi pembentukan watak anak, dan juga akan terus berpengaruh kepada anak itu sampai hari tuanya.

c. Pendidikan dengan nasihat
Nasihat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakikat, menghiasinya dengan moral mulia, dan mengajarinya tentang prinsip-prinsip Islam.

d. Pendidikan dengan pengawasan
Maksud pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya membentuk aqidah dan moral, dan mengawasinya dalam mempersiapkannya secara psikis dan sosial, dan menanyakan secara terus menerus tentang keadaannya, baik dalm hal pendidikan jasmani maupun rohaninya

e. Pendidikan dengan hukuman
Hukuman dalam proses pendidikan dapat dikatakan sebagai penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh orang tua, guru dan sebagainya sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan atau kesalahan. Sebagai alat pendidikan hukuman hendaklah senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran, selalu bertujuan ke arah perbaikan, hukuman hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri.

SUMBER-SUMBER ARTIKEL DI ATAS
  • Al Halwani, Aba Firdaus. 1996. Melahirkan Anak Shaleh. Yogyakarta: LEKPIM Mitra Pustaka.
  • Arifin, Muzayyin. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
  • As’ad Human, Budiyanto. 1995. Pedoman Pengelolaan Pembinaan dan Pengembangan TPA-TPA Nasional. Yogyakarta: LPTQ Nasional.
  • Athiyah Al-Abrasyi, M. 1974. Dasar Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan intang.
  • Bakry, Oemar. 1986. Akhlak Muslim. Bandung: Angkasa. Dahlan, M. D. 1992. Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-kaidah Dasar.
  • Bandung: Remaja Rosda Karya.
  • Daradjat, Zakiyah. 1976. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
  • Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.
  • Darsono, Max dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
  • Gazalba, Sidi. 1973. Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.
  • Hadaikusumo, Kunaryo. 1996. Pengantar Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.
  • Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
  • Hasan, Maimunah, 2002. Membentuk Pribadi Muslim. Yogyakarta : Pustaka Nabawi.
  • Milles, Mattew B. dan Huberman A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
  • Moleong, Lexy. J. 2002. Metodologi Pendidikan Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
  • Muhammmad, Zuhaili. 2002. Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini. Jakarta: A.H. Ba’adillah Press
  • Purwanto, M. Ngalim 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka.
  • ___________. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Rachman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang: IKIP
  • Semarang Press.
  • Sedyowati, Edi. 1995. Pedoman Budi Pekerti Luhur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  • Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jenius.
  • Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret Universitas Press.
  • Suyahmo. 2000. Filsafat Pancasila. Semarang: IKIP Semarang Press.